Catatan Aswan Nasution: Mengenang Dari Kunjungan H. Bahrum Jamil, SH ke Al Washliyah Sumedang, Jawa Barat

  • Bagikan
Dokumentasi PB Al Washliyah

SUDAH lama saya [H.Bahrum Jamil, SH] tidak mengunjungi bumi Parahiyangan guna merajut, mempererat dan mempetkuat silaturrahim adalah merupakan sebagai salah satu sibghah Al-Jami’yatul Washliyah.

Juga H.Barum Jamil, SH rindu melihat buah hati keempat cucu, putri ananda Emi Suhaimi, yang bertugas di Puskesmas, Paseh, Sumedang. Tak jauh dari sana terletak kampung kelahiran Bapak H. Umar Wirahadi Kusuma [Wakil Presiden RI].

Sebagai seorang Al Washliyah yang rindu kepada bertumbuhan dan perkembangan Al Washliyah di seluruh tanah air. Syukurlah menjelang Ulang Tahun ke 54 [ketika itu] Al Washliyah telah berkembang pesat di lebih kurang 2000 tempat Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi.

Adalah sangat menarik hati, ketika saya diminta memberikan pengarahan tentang Al Washliyah, keaktifan, gerak juang sampai ke suka-dukanya selama di tempat pertemuan yang bersahaja itu di Sukahurip, Desa Legok Kaler, Paseh, Sumedang, Jawa Barat.

Ketika itu disambut putera/putri pelajar Al Washliyah dengan syair mereka kumandangkan yang menyentuh hati ini isinya adalah sebagai berikut:

… Abdi nyuhunken hapunten…Ka Allah nu Maha Agung…Dosa abdi sadayana….Sareng dosa ibu rama…Sareng dosa sadayana…Sadayna kaum Muslimin.

Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia maka artinya lebih kurang, “Saya mohon diampunkan, Dosa ke Allah yang Maha Agung, Dosa saya seluruhnya, bersama dosa ibu dan ayah, bersama dosa seluruhnya kaum muslimin.”

Adalah suatu kelaziman di pedalaman Sunda, sebelum Ustadz memulai pengajaran atau pengajian, oleh para pelajar dan jamaah dikumandangkan syair beirama Islam, baik dalam bahasa daerah sunda atau bahasa Arab.

Jika Anda yang pernah tinggal di bumi Parahiyangan, akan tertegun bila mendengar lagu Cianjuran dan puput sulingnya yang menghiba itu. Tak tahulah sendunya hati ini, namun kian mendekatkan hati kepada Al Khalik, Maha Pencipta.

Ananda Aswan Nasution, yang berasal dari Tanjung Tiram, Batu Bara, telah bertugas di Desa Sukahurip ini, karena hendak mengembangkan pelajaran dan pendidikan Islam di bawah naungan Panji-Panji Al Washliyah di Desa itu.

Aswan yang masih muda belia itu telah siap melaksanakan tugasnya di bumi Parahiyangan, semata-mata karena panggilan tugas suci, hendak mengetengahkan ajaran Islam kepada putera-puteri dan remaja Islam di kawasan tersebut.

Bertempat di sebuah mushalla yang bernama Mushallah Silaturrahim, Ananda Aswan telah memulai tugasnya memberikan pelajaran kepada putera-puteri Islam di Desa itu dengan pelajaran gama Islam.

Dia telah membuka perguruan Ibtidaiyah di bawah naungan Al Washliyah di Desa tersebut, ada sekitar 75 orang murid yang telah terdaftar di Madrasah itu.

Hal ini suatu permulaan yang cukup memberi semangat dan dorongan, bagi kelanjutan madrasah Al Washliyah.

Dengan doa dan harapan kita semua dihari-hari mendatang, semoga dapat maju dan berkembang, Insya Allah.

Kepala Desa setempat dalam sambutan pada pertemuan itu dengan mesra dan tulus mengharap agar Ustadz Aswan yang datang dari tanah “seberang” akan serasi dan kerasan tinggal di bumi Parahiyangan itu.

Dia mendoakan agar Ustadz remaja Al Washliyah itu akan berhasil mendidik putera-puteri Islam di kawasan itu menjadi muslim yang taat kelak.

Saya [H.Bahrum Jamil] sangat terharu dan bersyukur mendengar ketulusan sambutan Kepala Desa yang disampaikan dengan terbuka itu.

Semoga kehadiran Al Washliyah di desa umatnya teguh beragama itu akan menjadi suatu wadah yang memperhubungkan hati Umat Islam selamanya.

Sebagai “menyambut” syair yang disenandungkan pelajar Al Washliyah di Desa Sukahurip itu, sayapun telah menyanyikan Lagu Al Washliyah yang tak asing lagi, berjudul ” Berdiri Bercita-cita” yang syair dan lagunya diciptakan Mamakda H. Umar Yakub, yang pernah sebagai Algemen Leider Pandu Al Washliyah Medan.

…..Berdiri bercita-cita….Berdasarkan Agama Islam….Terkias dalam bendera….Bendera hijau berbulan bintang.

…..Seiring sama sekawan….Berjalan berbimbingan tangan…..Tak pilih bangsa….Biar miskin ataupun kaya.

Terhitung masuk terbilang….Membantu seimbang daya…..Diwaktu susah ataupun senang….Dengan harta ‘tau tenaga.

Oleh Nazir Mushalla Silaturrahim itu secara ikhlas telah memberikan sebidang tanah untuk wakaf pembangunan Madrasah Al Washliyah di Desa itu kelak.

Menyambut ketulusan hati Pak Nazir dan masyarakat setempat itu, secara spontan sebagai salah seorang anggota Pengurus Besar Al Washliyah saya telah turut membantu pembangunan Madrasah tersebut.

Demikian juga saya menghimbau anda yang ingin membantu pembangunan Madrasah Al Washliyah di Desa Sukahurip itu.

Semoga Al Washliyah selalu jaya terus berkembang maju, sekali washliyah tetap Washliyah. Hiduplah Washliyah Zaman Berzaman.

Nashrun minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mu’minin.

[Tulisan ini dikutip dari Surat Kabar Harian “Mimbar Umum” Medan, 1991].


Oleh : H Aswan Nasution

  • Bagikan