Sarana Prasarana Tak Memadai, Petani Cabei Mabar Keluhkan Pemasaran

  • Bagikan

LABUAN BAJO – Geliat kota pariwisata Super Premium Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Provinsi Nusa Tenggara Timur(NTT) belum memberi dampak signifikan pada kelompok tani yang menekuni cabai organik di Desa Kombo Selatan, Kecamatan Pacar.

Hal tersebut disampaikan ketua kelompok tani Mekar Dukut, Stanislaus Hambur pada media ini, Jum’at (04/03/2022).

Dia mengatakan kolompoknya telah memproduksi cabai jenis Hibrida F1 varietas Imperial 10 degan jumlah sekitar 200 KG/Minggu. Namun, terkendala di pemasaran karena jauh dari pusat kota Labuan Bajo. Selain itu, minim sarana prasarana pendukung yang disediakan oleh pemerintah.

“Tahun ini kami sudah menanam 3 hektar. Namun, kami belum punya alat panen yang memadai. Kami masih pake cara tradisional,” ujar Laus, sapaannya.

Lebih lanjut, kelompoknya sudah berkomitmen memproduksi cabai tahun ini sesuai dengan target dan progres yang diharapkan untuk mendukung kemajuan pariwisata super premium Labuan Bajo.

Dia berharap agar pemerintah segera mengatur pola pemasaran yang baik dan memperhatikan fasilitas dan sarana pendukung bagi kelompoknya.

“Kami melihat begitu banyaknya pasokan sayur dan cabai dari luar daerah di Mabar. Oleh karena itu, kami mendorong pemerintah agar bisa mengatur pemasaran yang jelas dan baik sehinga dapat menyerap produksi petani dalam daerah juga menjaga harga yang baik di level petaninya. Kita perlu bersama menjaga semangat petani,” imbuhnya.

Saat ini Kekurangan kelompoknya, menurut laus, yakni mobil pendingin untuk mengangkut cabai dari lahan dengan gratis tanpa biaya kirim. Selain itu, juga pengolahan pasca panen bagi kelompoknya.

“Kami berharap pada pemerintah untuk mengatur pasar sehinga bisa menyerap produk petani lokal. Juga alokasi anggaran untuk bantuan pasca panen, agar kualitas produksi petani terjaga,” harapnya.

Selain itu, pendamping petani cabai, Borgias Satiman menjelaskan kelompok tani bimbingannya telah berhasil memproduksi cabai berkualitas baik dengan penerapan organik murni yang telah mengunakan pupuk kompos sebagai pupuk dasar dan Beuveria Bassiana sebagai pengendali organisme penggangu tumbuhan (OTP).

Adapun langkah produksi yang telah dilakukan kelompok tani Mekar Dukut melalui pendampingan Borgias Satiman sudah memenuhi target sampai pada pasca panen tampa hambatan.

“Proses awalnya terlebih dahulu dipersemaiyan dulu, setelah itu dibuatkan pembibitan kemudian dipindahkan ke kebun dan ditanam. Usia panen berkisar dari 60 hari atau 70 hari sudah bisa dipanen,” tutupnya.

  • Bagikan