Perjuanganmu tak akan bisa tercatat dan tak terbalas duhai Ibu, siang dan malam kau rela berkorban demi membahagiakan anakmu, kasih sayangmu senantiasa berlimpah walau kau kadang merasa tak mampu. Belaian kasih sayangmu membalut jiwaku tak kenal waktu, hanya satu pintaku senantiasalah memberikan kepadaku ridhomu, sebab Ridho Allah dapat dipastikan melimpah ketika engkaupun ridho Ibu.
Jejak kegembiraan bertarung,
Mengejar ridhomu Ibu,
Sesak di dada membumbung,
Menanti doa lisanmu.
Kau rawat dan kau jaga diri anakmu dari duka dan nestapa, ikhlas sikapmu menahan duka tiada tara, nestapa yang menimpa engkau anggap sebagai mutiara. Begitu panjang duka dan lara yang engkau hadapi dari masa ke masa, namun tetap saja engkau menganggap duku dan lara itu menjadi suka, meskipun terkadang kau harus menerima sikap kecewa nan durhaka.
Jejak kesombongan berlari,
Tersentak sadar dan mengerti,
Bahwa hanyalah ridhomu,
Yang mampu mengusir duka.
Lihainya dirimu menyenangkanku,
Pahit Kau rasa, tersenyum kau bawa
Lihainya dirimu menutup rasa
duka dan lara terlihat suka.
Meskipun raut renta mengukir wajah syahdumu, tak lepas pikiranmu setiap saat dari kekhawatiran atas kebahagiaan anakmu. Di usia senjamu engkau semakin paham untuk menyimpan duka dan lara didalam qalbu, tetesan air mata terkadang tak mampu berderai menahan rindu, namun doa dan ridhomu akan selalu mengiringi anakmu disetiap waktu.
Kini kau jauh, renta menjemputmu
Kini kurindu belai hangatmu.
Ibu ……… aku rindu.
