Revitalisasi Semangat Pancasila Kibarkan Semboyan Bangsa Dalam Gerakan Mahasiswa

  • Bagikan
Elfrida Sentyana Siburian.

OPINI – ‘Pancasila itu ideologi bangsa dan negara. Ideologi semua untuk semua, bukan golongan tertentu saja. Ideologi kita yang satu dan mempersatukan kita yang berbeda-beda’. M. Hanif Dhakiri.

Bulan Juni selalu menjadi kisah dan sejarah yang akan selalu dikenang, karena Indonesia lahir dengan adanya perbedaan yang akhirnya diikat oleh satu kesatuan yaitu Pancasila. 1 Juni adalah awal suatu bangsa yang besar memiliki semboyan bangsa, bangsa yang sampai kini masih terus berjuang mempertahankan marwahnya sejak dulu.

Perkembangan zaman disertai kemajuan dalam segala bidang ibaratnya datang seperti pisau bermata dua. Kita akan hanyut dalam arusnya jika kita tak punya landasan yang kuat dan sebaliknya, kita akan mampu untuk berlayar jika kita tahu arah dan tujuan kita lewat sejarah yang pernah tercipta.

Perubahan sosial akan selalu hadir dengan gayanya yang baru dan hari ini semangat awal pembentukan Pancasila mulai terkubur secara perlahan dalam ruang sadar masyarakat dan pemuda lainnya. Lantas bagaimana kita menyikapinya? Akankah kita mengenang perjuangan pahlawan kita, atau kita tergerus dalam arus globalisasi?

Dalam sejarah pergerakan mahasiswa dan pemuda tidak pernah luntur dan lepas dari kemajuan bangsa Indonesia. Gerakan mahasiswa bukan hanya sekedar berteriak di jalanan tetapi berbicara soal idealisme yang tidak akan pernah lepas dari pengorbanan dan kepedulian. Sejak tahun 1928, tentunya hari itu adalah momen yang paling bersejarah dengan adanya sumpah pemuda yang dilandasi kepedulian akan bangsanya sendiri.

Pancasila bukan hanya sekedar simbol dan lambang tapi itu ibarat jantung bangsa kita, Indonesia. Kalau yang kita lihat akhir-akhir ini, perpecahan muncul dan menghebohkan seluruh nusantara maka yang dibutuhkan adalah peran kita khususnya mahasiswa, generasi bangsa.

Mahasiswa lahir menjadi agent of change, artinya mahasiswa tidak lagi tumbuh menjadi pribadi yang egois tetapi sosialis yang mau memberikan kontribusi kepada bangsa dan negaranya.

Pancasila merupakan pandangan hidup yang walaupun digali dari bumi Indonesia tapi daya berlakunya bersifat universal dan tidak dapat dibatasi oleh waktu. Perlu diketahui dan disadari, ternyata pelopor bangsa kita adalah orang yang sangat memperhatikan bangsa kita ke depan.

Kalau kita lihat dalam berbagai literatur Pancasila Bersifat fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai zaman, termasuk zaman modern dan globalisasi sekarang ini. Lantas apakah kita masih mengatakan Pancasila itu kuno?

Membiarkan bangsa kita dalam kondisi keterpurukan sebenarnya secara tidak langsung kita menjadikan Pancasila hanya sebagai alat politisasi yang pada akhirnya melanggengkan kekuasaan yang dulu pernah terjadi pada masa Orde Baru.

Pancasila hanya sebagai alat legitimasi serta di politisir untuk meraih kekuasaan. Sebenarnya permasalahan yang menyebabkan Indonesia dalam situasi seperti ini bukan hanya karna masuknya budaya baru bahkan inovasi teknologi tetapi buruknya komunikasi antara pemerintahan dan rakyat itu sendiri.

Ketika kita mampu memaknai UUD 1945 dengan Pancasila sebagai dasar negara kita akan kembali menemukan landasan berpijak yang sama yaitu menyelamatkan kembali persatuan dan kesatuan nasional yang kini mengalami keterpurukan dan disintegrasi.

Bangsa kita akan tetap mengalami perubahan tetapi tetap harus dijaga budaya kita yang lama. Karena sekuat kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap bangsa juga akan selalu mendambakan kemajuan.

Dalam menjawab dan merevitalisasi semangat Pancasila, mahasiswa harus hadir sebagai pemantik perjuangan terhadap masyarakat yang mampu menjawab keresahan dan permasalahan yang dirasakan masyarakat.

Mahasiswa bukan lagi hanya duduk di bangku kuliah dan pulang tanpa mengerjakan sesuatu untuk masyarakat, bagaimana masyarakat bergerak melawan segala penindasan jika dalam tubuh mahasiswa itu sendiri tidak ada kesadaran dan kepedulian.

Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan pada pembinaan moral, yang nantinya moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi yang ada dan yang akan datang.

Indonesia tidak boleh hanya duduk saja dan berpangku tangan tetapi Indonesia harus aktif dalam merespon setiap episode perubahan yang ada. Dengan demikian, Pancasila tetap berdiri secara aktual, relevan, dan fungsional sebagai tiang-tiang penyangga semangat ber-Bhineka Tunggal Ika.

Di tengah kondisi bangsa yang mulai hilang arah dengan setiap gejolak yang terjadi, Pancasila harus menjadi jawaban sehingga pembangunan nilai-nilai berbudaya akan direalisasikan dan jati diri bangsa akan semakin menguat.

Tentu ini tidak bisa dijalankan oleh pemerintah saja, namun seluruh masyarakat dan pemerintah harus bergandengan tangan demi mewujudkan marwah Pancasila, dan membangkitkan tujuan bangsa kita yaitu maju, adil, dan beradap.

Sebagai aset bangsa, lembaga kemahasiswaan harus menjadi pemantik utama dan pertama dalam menyatukan visi bersama yang lebih progresif dan harus dimulai dari tubuh kelembagaan kemahasiswaan di seluruh Indonesia.

Ketika mahasiswa tidak mampu untuk menciptakan hal baru setidaknya mampu menunjukkan identitasnya yang lebih progres dan menjadi patron bergerak, tidak hanya menjadi tontonan apalagi menjadi penonton dan bahan tertawaan.

Mari maknai Pancasila, ingat semboyan bangsa kita, maka kamu kan temukan tugasmu dan bagianmu untuk Indonesia. Kita Pancasila dan kita adalah Satu. Hidup mahasiswa!!

Perubahan memerlukan perjuangan bukan dengan sekadar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan dan perbetulkan keinginan kita. Beri ruang kepada perubahan’.(**)


Penulis Elfrida Sentyana Siburian, saat ini tengah menempuh perkuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.

Mahasiswi Semester 4 ini juga aktif di organisasi mahasiswa, diantaranya Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKSI), Unit Kegiatan Mahasiswa Kajian dan Permberdayaan Masyarakat (UKM KPM) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNIKomisariat Fisip Samarinda.

 

 

 

  • Bagikan