Pemerintah Harus Jamin Keamanan Pemberian Vaksinasi dengan Merek Berbeda-beda

  • Bagikan
Penyuntikan Vaksin di Bontang

BONTANG – Dua dosis vaksin dengan satu merek yang telah diberikan beberapa waktu lalu, rupanya dinilai belum cukup memberikan kekebalan maksimal untuk menangkal Covid-19.

Apalagi setelah virus corona yang disebut bermutasi menjadi beberapa varian, dan telah muncul di sejumlah daerah. Dari situ, pemerintah kembali mengemukakan akan menggelar vaksinasi tahap lanjutan.

Beberapa merek vaksin yang diwacanakan dan sudah masuk di Indonesia, di antaranya, vaksin Pfizer dari Jerman, Sinovac dari Cina, Sinopharm (Cina), Moderna (Amerika Serikat), serta Astrazeneca dari Inggris.

Pengamat Kebijakan Publik, dari Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah mengatakan, impor vaksin dari berbagai negara ini, merupakan wujud upaya pemerintah dalam menangani penyebaran virus. Meskipun begitu, ia menilai pemerintah juga harus bertanggung jawab atas jaminan keselamatan masyarakatnya.

“Karena persoalan kesehatan, itu merupakan tanggung jawab negara. Pemerintah harus menjamin itu,” urainya dihubungi media melalui telepon, Rabu (14/07/2021).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, dr Bahauddin menuturkan vaksinasi dosis ketiga ini bertujuan membentuk antibodi. Pasalnya, enam bulan sampai satu tahun, setelah vaksinasi Sinovac, anti bodi akan kembali menurun.

“Nah, tubuh manusia itu kan berbeda-beda, maka kita butuh vaksin ini bagi Nakes, karena mereka merupakan garda terdepan dalam penanganan Covid-19 di Bontang,” terangnya.

Meskipun begitu, pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut, terkait jadwal pendistribusian vaksin ke daerah. Hal itu juga yang membuat pihaknya belum mengajukan kuota penerima vaksin bagi Nakes Bontang.

“Karena formatnya sampai saat ini belum diberikan dari pusat,” jelasnya.

Terkait menggunakan vaksin gotong royong (VGR) Individu atau berbayar, merupakan pilihan masyarakat. Namun, vaksin berbayar yang akan menggunakan merek Sinopharm ini juga belum tersedia di beberapa klinik atau apotek kesehatan di Bontang.

Bahauddin menuturkan, saat ini pendistribusian VGR individu di beberapa apotek di Bontang, seperti Kimia Farma masih di tunda sementara.

“Masih ditunda, masih menunggu informasi lanjutan dari Kimia Farma,” kata Baha

Baha menjelaskan VGR individu ini nantinya akan tersedia di apotek Kimia Farma, jika memang dibutuhkan oleh masyarakat. Meskipun begitu, pihaknya masih berfokus kepada seruan vaksin massal yang digaungkan oleh pemerintah.

“Ini pilihan, pemerintah tidak memaksa. Jika masyarakat mampu secara finansial dan cepat penanganannya, bisa lakukan VGR individu di beberapa klinik Kimia Farma di Bontang nantinya. Namun, jika ingin mendapat vaksin masal yang digulirkan pemerintah, hanya tinggal menunggu giliran, bagi yang sudah mendaftar,” terangnya.

Di akhir, Baha kembali mengimbau, bagi masyarakat untuk sabar menunggu antrean untuk mendapat jatah vaksinasi massal dari pemerintah.

“Saya minta masyarakat bersabar menunggu giliran vaksinasi masal, karena vaksinasi ini harus dilakukan secara bertahap, tidak bisa sekaligus kan,” tutupnya.

Meskipun begitu, penggunaan dosis vaksin dari berbagai macam merek ini juga masih menimbulkan kekhawatiran.

Salah satu masyarakat yang ditanya media ini, Ridwan atau karib disapa Laju, mengaku ragu dengan keamanan penggunaan vaksin dengan merek berbeda-beda.

“Kaya obat ya, kalau kita minum yang beda-beda, kan bahaya juga katanya,” ucapnya, Rabu (14/07/2021)

Bahkan ia mengaku masih takut di vaksin, lantaran efikasi dari vaksin sebelumnya pun ia nilai belum maksimal.

“Terbukti kan, kasusnya naik lagi,” lanjutnya.

Menanggapi hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bontang, dr Suhardi mengatakan penggunaan vaksin yang berbeda ini, diharapkan bisa menambah efikasi dari vaksin yang ada.

Dia menjelaskan prinsip pembuatan vaksin memiliki metode yang berbeda. Misalnya untuk vaksin Sinovac yang menggunakan virus yang dilemahkan.

“Sementara vaksin lainnya itu ada yang menggunakan messenger RNA,” jelasnya.

Untuk itu, dia menilai meski sama-sama memancing sistem imun, masing-masing vaksin ini memiliki metode yang berbeda.

Namun, ia belum ingin berspekulasi lebih jauh, terkait tingginya efektifitas jika vaksin ini dimasukkan dalam tubuh, meski dibagi dalam beberapa tahap penyuntikan.

“Jadi kalau kemudian dikatakan apakah vaksin ini bisa pas dengan varian yang baru, bisa iya bisa tidak. Bisa pas kalau strukturnya berbeda, bisa tidak kalau dia memiliki struktur yang sama,” urainya.

Lebih lanjut dia berharap, meski disuntikkan bersama
tingkat efikasi bisa meningkat. Artinya, meski dari vaksin berbeda, mereka bisa bersinergi dalam meningkatkan sistem kekebalan, untuk mencegah virus Covid-19, merusak tubuh lebih parah.

“Tapi kan ini masih wacana. Kami harapnya itu orang yang sudah disuntik dua kali itu tetap bisa diberikan lagi vaksin lainnya,” lanjutnya.

Terkait dukungan terhadap vaksin lanjutan, pihaknya masih menunggu kajian penelitian dari kementerian.

“Kalau sudah ada kajian penelitiannya, idi akan mendukung. harapannya kan kita punya daya imun atau herd imunity yang penting. Kalau kemenkes sudah mengeluarkan hasil kajiannya, ya kita dukung aja,” tandasnya. (*)

  • Bagikan