Menggali dan Mengungkap Perjalanan Dan Peradaban Islam di Sumatera Utara

  • Bagikan
Mesjid Jaya AR Rahman (1775), didirikan oleh Wan Jabbar bergelar Sheik di Bingei.

OPINI – Sampai saat ini kita belum menemukan suatu catatan sejarah yang komplek terhadap perkembangan dan peradaban Islam di Sumatera Utara, khususnya dan umumnya di Indonesia.

Dari catatan sejarah masuknya peradaban dan agama Islam di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Ada dua sisi yang kita ketahui saat ini, masuknya ajaran agama Islam dan dengan peradabannya, di satu sisi kita ketahui Islam pertama kali masuk ke Indonesia berada di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara pada abad ke tujuh Masehi yang dibawa oleh sahabat Rasulullah.

Dibuktikan adanya perkampungan Islam di Barus, salah satunya membuktikan makam Sheik Mahmud di papan tinggi dan perkampungan makam Mahligai para sahabat lainnya di Barus, Sheik Rukunuddin.

Di sisi lain kita juga mengetahui Agama Islam dan peradabannya masuk dan berkembang di daerah Aceh, sampai berdirinya sebuah kerajaan dari Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke 12, jelasnya tahun 1267 dipimpin oleh Meurah Silu dan masuk Islam berganti nama Malik Al Saleh bergelar Sultan Malikul Al Saleh, menjadi kalifah pada tahun 1285-1297.

Lalu bagaimana dengan perkembangan dan peradaban Islam di Sumatera Utara, dengan banyaknya berdiri Kerajaan dan berubah menjadi Kesultanan setelah para raja-raja masuk Islam.

Dalam hal ini penulis juga mencoba menggali dan mencari latar belakang masuknya Islam di wilayah Sumatera Utara, khususnya di mulai Kab. Langkat sebelum berdiri dan tersohornya Kesuktanan Langkat.

Saat ini penulis mencoba menggali sejarah Peradaban masyarakat Melayu terhadap berdirinya Kerajaan Bingei. Sejarah kerajaan Bingei seakan di abaikan.

Padahal Kerajaan Bingei juga merupakan kerajaan yang makmur pada zamannya, di ketahui adanya bekas tapak Istana Bingei dan taman Kebun Binatang Alam, yang saat ini telah hancur dan hilang tidak berkesan.

Dari perkembangan catatan singkat, saat ini penulis beberapa bulan yg lalu, mencoba menggali latar belakang berdirinya sebuah masjid kuno yang berdiri pada tahun 1775, jelasnya abad ke 17. Salah satu mesjid tertua di Sumatera Utara.

Sayangnya, masjid hampir di robohkan, namun tetap dipertahankan oleh seorang Nazir Mesjid. Sampai saat ini mesjid tersebut belum ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi Sumatera Utara sebagai Bangunan Cagar Budaya Religi yang bersejarah di Sumatera Utara Konon cerita kisah yg didapat Mesjid yang bernama Jaya Ar Rahman di bangun oleh Raja Bingei setelah beliau masuk Islam.

Bahwa dari kisah lainnya, masuknya Raja Bingei yang bernama Wan Jabbar ke Islam setelah datangnya seorang Sheik yang bernama Hamzah Fansyuri yang dikenal seorang penyair Islam yang terkenal yang berasal dari Barus, dan kemudian Wan Jabbar menutut Ilmu ke-Islamannya.

Dari penelusuran penulis, setelah Wan Jabbar menuntut ilmu ke-Islamannya, beliau melepaskan kekuasaannya kepada tiga orang anaknya, yang masing-masing memegang kekuasaan raja bingei, raja selesai dan raja stabat.

Maka Wan Jabbar bergelar Sheik pun mendirikan Sebuah Mesjid di Bingei pada tahun 1775, yang bernama Mesjid Jaya Ar Rahman.

Mesjid ini sangat tinggi Karomahnya di bandingkan dgn Mesjid mesjid tua lainnya di Sumatera Utara. Keunikan Mesjid Jaya Ar Rahman murni di bangun dari kayu, yang mana kayunya di datangkan dari Malaysia dan Penang.

Bangunan Mesjid Jaya Ar Rahman, memilki nilai Tauhid yang Tinggi

Dibuktikan dari arti tegaknya 20 tiang pancang penyanggah bangunan memaknakan 20 sifat Allah, tiang balok dalam mikraf imam sebanyak 6 tiang memaknakan rukun Iman, di tengah ruang mesjid berdiri 4 tiang penyanggah ruang aras, memaknakan 4 unsur anasier kejadian manusia.

Sementara 17 tiang balok mengelilingi ruang mesjid memaknai 17 rakaat, diatas ruangan aras berdiri satu tiang memaknai Allah itu Ahad. Sementara ornamen ruang memiliki lobang sebanyak 6666, memaknai isi surah Al Quran.

Saat ini penulis sedang merevitalisasi kembali Mesjid Ja Ar Rahman bersama jamaah dan masyarakat Bingei, karena penulis berfikir Mesjid Jaya Ar Rahman sangat perlu diselamatkan untuk generasi yang akan datang, walaupun pemerintah tidak perduli dan tidak open terhadap mesjid yang memiliki karomah tauhid yang begitu tinggi.

Dari pelaksanaan kegiatan revitalisasi mesjid, hari ini salah seorang pekerja yg menggali tanah mesjid kami telah menemukan sebuah mata uang sebagai alat tukar perdagangan saat itu.

Mata uang tersebut berukir tulisan Tahyat dengan tahun 1277. Artinya di sini kita mulai menemukan peradaban yang sudah maju, sebelum Kolonial Belanda masuk ke Sumateta Utara khususnya Bumi Langkat.

Saat sekarang kami sedang menata kembali Mesjid Jaya Ar Rahman Bingei, harapan penulis para pemangku kekuasaan, pejabat, pengusaha, dan masyarakat sisikanlah sedikit harta untuk Ber Infak dan Ber Sedekah agar Revitalisasi Mesjid Jaya Ar Rahman dapat terselesaikan dengan baik, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara saudara kami yang membantu dan menginfakkan hartanya untuk menyelamatkan Mesjid Jaya Ar Rahman Bingei semoga Allah membalas kemurahan saudara-saudara kami.


Penulis : Azhari A.M Sinik

  • Bagikan