Memasak Menu Buka Puasa Mustikarasa Warisan Sukarno

  • Bagikan
Mustikarasa resep masakan Nusantara (Istimewa)

HIBURAN – Puasa Ramadhan adalah momen yang selalu dinantikan oleh setiap umat Islam di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Terlebih jika setiap menu buka puasa terdapat makanan yang enak menggugah selera dan terdapat minuman penyegar pelepas dahaga setelah berpuasa sehari penuh dari azan subuh hingga azan magrib.

Tidak terkecuali jika menu masakan dan minuman yang dihidangkan adalah menu aneka ragam Nusantara dari Sabang hingga Merauke. Tapi, bagaimana cara mendapat menu masakan dan minuman yang lengkap serta otentik tersebut?

Beberapa orang pasti akan mencoba mencarinya di internet dengan bantuan mesin pencarian. Namun tidak ada yang dapat menyangka bahwa Ir. Soekarno atau Bung Karno sebagai Bapak Proklamator memiliki buku yang bernama “MUSTIKARASA”.

Sebenarnya apa sih buku Mustikarasa itu?

Buku “MUSTIKARASA, Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno” merupakan sebuah konsepsi nasional tentang politik pangan. Konsep ini digunakan untuk mewujudkan Indonesia yang sesuai dalam lagu “Bersuka Ria” karya Ir. Soekarno dalam liriknya yang berbunyi “Siapa bilang rakyat kita lapar, Indonesia banyak makanan,”.

Hal ini didasarkan untuk menjamin bahwa rakyat Indonesia tidak kelaparan, tidak kekurangan gizi, dan tidak ada yang namanya kesalahan dalam pengolahan pangan.

Buku ini memiliki 1123 halaman yang berisi 1600 resep makanan. Terdapat 9 bagian utama yaitu: Pertama bagian yang berhubungan dengan masakan, seperti bahan makanan, unsur kimia, hingga menyusun menu makanan atas dasar gizi.

Kedua adalah makanan utama, ketiga berisi kategori lauk pauk basah berkuah, keempat adalah lauk pauk basah tidak berkuah, kelima adalah menu lauk gorengan, keenam adalah lauk bebakaran, ketujuh adalah sambal-sambalan, kedelapan adalah aneka jajanan, dan terakhir kesembilan yaitu minuman.

Adalah PB Aryatmoko, pendiri “Pengajian Marhaenisme” setiap Rabu malam dan Jumat malam dengan mengisi kegiatan berupa membaca dan membedah buku-buku karya Ir. Soekarno seperti, “Pantjasila Dasar Negara”, “Dibawah Bendera Revolusi”, “Sarinah”.

Tak berhenti di program “Pengajian Marhaenisme”, Bung Moko, panggilannya juga mencoba meramu program lainnya, salah satunya menggiatkan kegiatan masak bareng menu berbuka puasa dengan menggunakan resep-resep buku “Mustikarasa Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno”.

Hal ini dilaksanakan karena dengan tujuan untuk mengenalkan kembali buku Mustikarasa kepada masyarakat umum agar dapat digunakan kembali sebagai rujukan utama kumpulan resep-resep masakan Indonesia. Terlebih era sekarang masyarakat lebih populer dengan masakan cepat saji dari perusahaan luar negeri.

Tidak dapat dipungkiri, masakan tradisional tiap daerah mulai tersingkir sedikit demi sedikit di pasaran. Hal ini yang menjadi alasan PB Aryatmoko atau biasa dipanggil dengan Bung Moko untuk mengenalkan kembali resep kumpulan Mustikarasa warisan Bung Karno.

Strategi yang digunakan Bung Moko tidaklah dengan mengenalkan buku Mustikarasa dengan cara menyebarkan tulisan resep berupa bahan makanan dan cara memasaknya saja, tetapi dengan menyiarkan langsung memasak resep Mustiarasa melalui media sosial seperti facebook dan instagram.

Hal ini juga dilakukan agar lebih menarik dan interaktif menjelang buka puasa selama bulan suci Ramadhan. Peserta masak juga bermacam-macam mulai dari peserta didik Ngaji Marhaenisme dari Bung Moko sendiri, dari kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI).

Semua peserta yang memasak tetap mempertahankan keaslian resep dengan mengikuti betul bahan-bahan yang digunakan dan cara memasak yang disarankan. Seperti ketika memasak menu masakan daerah, harus tetap menjaga keaslian masakan tersebut. Contoh saja menu Ikan Bumbu Bali yang dimasak oleh tim beranggotakan Dian Nur Aisyiah, Anggun Kumala Sari, dan Marfuah Nurul Imania.

Kuliner Nusantara Selalu Enak Untuk Dicoba dan Dimasak

Dian Nur Aisyiah sebagai salah satu peserta mengatakan ketertarikannya memasak menggunakan resep Mustikarasa mengatakan bahwa sebelumnya dirinya tidak tahu bahwa Bung Karno menuliskan sebuah buku berisi resep masakan Nusantara yang berjudul Mustikarasa.

“Hal ini sangat menarik bagi saya karena selama ini hanya memasak menggunakan menu sekitar daerah saya,” ungkapnya.

Menurut Dian, adanya Buku Mustikarasa Warisan Sukarno ini membuatnya bisa memasak masakan dan minuman Nusantara yang terkemas praktis.

“Sudah ada bahan bahan yang digunakan dan cara memasaknya selain mudah untuk menirunya, hal ini juga sebagai media yang sangat bagus untuk melestarikan masakan Nusantara yang kaya akan rempahnya. Semakin menambah kecintaan saya terhadap masakan Nusantara,” sambung Dian, Ketua Cabang DPC GSNI Pemalang tahun 2016-2017 selaku peserta memasak.

Masakan dan pencuci mulut yang dibuat oleh tim Dian Nur Asiyiah dan rekan-rekannya adalah Ikan Bumbu Bali dan Bowl Buah-buahan.

Menu Ikan Bumbu Bali atau Djeneponto ini merupakan bagian dari menu Mustikarasa yang menggunakan bahan-bahan seperti ikan bandeng dan minyak kelapa sebanyak 3 sendok.

Menggunakan bumbu-bumbu seperti lombok besar 3 buah, bawang merah 3 biji, bawang putih 1 buah, tomat 2 buah, dan garam secukupnya.

Cara pembuatannya juga cukup mudah dimulai dari membersihkan ikan, lalu disisik, dan dibersihkan isi perut lalu dipotong-potong. Kemudian diberi garam dan digoreng. Selanjutnya bumbu-bumbu diulek dan ditumis. Terakhir adalah ikan goreng diangkat ke piring, lalu diulas dengan saus tumis.

Bowl Buah-buahan adalah menu pencuci mulut atau dessert yang memiliki bahan-bahan seperti anggur buah-buahan 1 botol, air soda 1 setengah botol, buah atap atau biasa disebut kolang-kaling 1 mangkuk, timun suri 2 buah, nanas 2 buah, rambutan 2 ikat, dan gula pasir 1 kilogram.

Cara pembuatannya juga tidak terlalu susah, cukup dengan mengupas buah-buahan itu tadi lalu dipotong kecil-kecil, kemudian diaduk dengan gula dan dibiarkan sejenak, sesudah itu campurkan ke dalam anggur dan air soda.

Terakhir adalah memberi campuran potongan es ke dalam campuran buah-buahan, atau dapat dimasukkan ke dalam lemari es sesuai selera.

Anggun Kumala Sari selaku Ketua Bidang KeSarinahan DPP GSNI 2019-2021 yang juga merupakan peserta memasak resep Mustikarasa juga menjelaskan kesan dia setelah memasak menu Ikan Bumbu Bali dan Bowl Buah-Buahan.

“Aku excited banget sih, ketika dapat giliran memasak buat rekan-rekan yang sedang berpuasa. Apalagi kita memasak dengan resep Mustikarasa Warisan dari Bung Karno, dengan daftar menu makanan dan minum yang lengkap dari seluruh Nusantara yang tersusun rapi dalam Mustikarasa. Saya pikir buku resep Mustikarasa perlu diperkenalkan ke seluruh masyarakat Indonesia. Mungkin bisa buat referensi dan mendorong kita bisa memasak masakan khas daerah-daerah yang lain,” ungkapnya.

Lain lagi dengan Marfuah Nurul Imania atau sering disapa Nia. Nia menjelaskan kelebihan ketika memasak menggunakan resep Mustikarasa.

“Tentu saja itu lebih memudahkan saya karena, di dalam buku Mustikarasa ada tutorial cara memasak, selain itu variasi pilihan menunya luas, tidak hanya satu tema sehingga rasanya tidak membosankan,” pungkasnya.

Menurut Nia, hal yang dia sukai dari buku resep Mustikarasa ini karena variasinya tidak terbatas, dan itu yang merupakan hal yang menyenangkan.

“Bisa membawa pilihan makanan yang berbeda ke meja makan untuk dinikmati. Dari rendang sampai perbentoan dan menu sensasi Bali. Tidak sekedar makanan, tetapi untuk variasi kudapannya juga ada, dari rujak ulek sampai ke bakwan jagung. Ada pilihan sambalnya juga, sambal tradisional sampai sambal yang diadakan di spicy hot chicken, dan tentu saja ada pilihan minumannya juga,” kata Nia selaku Ketua DPP GSNI periode 2019-2021.

Nia juga menyarankan kepada orang-orang yang masih belajar memasak bahwa Buku Mustikarasa ini sangat baik untuk pemula atau yang baru belajar memasak.

“Ada menu yang sakiceup tring alias mudah. Serta bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan. Membuat semangat untuk belajar memasak,“ kata Nia.

Selain menu masakan Ikan Bumbu Bali Djeneponto dan Bowl Buah-buahan. Terdapat menu masakan lain yang sudah pernah dimasak di Dapur Dokter Marhaenis yaitu adalah, untuk menu utama seperti Kintuk Banten, Balado Belut, Gulai Ramas, Rendang Ayam, Sate Madura, Bau Pepi Mandar, Masak Hijau Banjarmasin, Lengko Lengko dari Cirebon, dan masih banyak lainnya. Serta menu pencuci mulutnya adalah Wedang Bajigur, Susu Jeruk, Wedang Tape, Sorbat Jeruk, Sekoteng, Tjao, Pokak Saripu Sumenep, dan Serbat Kuweni Madiun.

Masih terdapat banyak menu lain yang perlu dicoba untuk dibuat sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Bung Karno yang telah mendokumentasikan seluruh resep masakan Nusantara agar tidak dilupakan oleh Bangsa Indonesia sendiri. Untuk dapat mengikuti jalannya memasak resep Mustikarasa sembari menunggu berbuka puasa dapat melihat siaran langsung di media sosial facebook PB Aryatmoko dan instagram Dokter Marhaenis, mulai dari jam 16:00 WIB hingga menjelang berbuka puasa azan magrib. (Surya Aditya S.Fil/Redaksi)

Penulis: Alumnus Filsafat UGM angkatan 2015, GMNI DPK Filsafat UGM, Ketua Paguyuban Karawitan Pusaka 2017-2018, Freelancer Surveyor Data Kantar Indonesia Yogyakarta, Kiara Beauty Med, Freelance Writer.


(Artikel ini sudah tayang di konten food & travel, kumparan)

  • Bagikan