Konten Sharenting Kian Marak, Eksploitasi Bukan Ya?

  • Bagikan

Dewasa  ini banyak sekali informasi dan fenomena yang tanpa disadari ada di sekitar kita. Contohnya seperti eksploitasi anak. Eksploitasi anak adalah kasus yang banyak sekali penyebabnya, sehingga sampai saat ini masih marak terjadi.

Salah satunya aspeknya adalah tuntutan dari beberapa pihak dan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan. Seperti yang sering ditemui di jalanan, ada anak yang membawa anaknya agar ada orang yang berbelas kasih untuk bisa memberi rezeki kepada mereka.

Ada pula dengan cara menyuruh anak di bawah umur bekerja agar bisa mendapatkan uang yang pada akhirnya diberikan kepada orang tuanya atau ketua dari wilayah yang mempekerjakan mereka. Eksploitasi anak ini bisa berupa pekerja anak di bawah umur, menjadi pengamen, penjual koran, dan lain-lain.

Namun, jaman sekarang, eksploitasi anak bisa terjadi di dunia cyber atau dunia online. Seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi, kian banyak orang tua yang membuat konten dengan anaknya sebagai objek.

Konten ini kadang disukai banyak orang karena anaknya lucu, pintar, dan terkadang handal berbicara di depan kamera. Maka dari itu, banyak juga penikmat konten ini tanpa menyadari bahwa itu adalah salah satu bentuk dari eksploitasi anak yang terjadi di zaman serba teknologi ini.

Terkadang, niat awal dari para orang tua untuk membagikan cerita, foto, dan kegiatan anak mereka adalah untuk bisa sharing dan bisa sekaligus curhat jika mempunyai kendala.

Hal ini juga bisa menumbuhkan rasa semangat ketika pada saat mereka sedang kesusahan, sesama orang tua bisa saling mendukung. Fenomena ini ternyata sudah dikenal sebagai fenomena yang disebut ‘Sharenting’.

Sharenting adalah gabungan antara kata share yang artinya membagikan dan parenting yaitu keorangtuaan, pola asuh anak dan segala yang berkenaan dengan merawat anak sebagai orang tua.

Sharenting adalah kegiatan membagikan unggahan tumbuh kembang, kegiatan, dan kendala serta cerita-cerita anaknya sedari kecil hingga dewasa. Fenomena ini harus memiliki dinding yang tinggi untuk membatasi setiap orang tua agar tetap dalam kontrol yang baik.

Dengan literasi yang kurang dan terjadinya oversharing, Sharenting ini bisa berpengaruh buruk dan berbahaya bagi orang tua tersebut maupun anak itu sendiri. Tidak adanya batasan yang baik terhadap Sharenting ini bisa berakhir menjadi eksploitasi anak.

Apalagi sampai membuat anaknya menjadi konten yang bisa menghasilkan uang. Secara tidak sadar ini bisa terjadi begitu saja. Terlebih jika hal itu dilakukan dengan sengaja.

Para orang tua awalnya memang membutuhkan banyak validasi dari orang lain terlebih untuk para orang tua baru yang masih awal dan membutuhkan banyak dukungan dalam menjadi orang tua baru.

Untuk orang tua baru, terkadang melupakan bahwa setiap anak dari ia lahir sudah mempunyai hak privasi yang harus dijaga. Sharenting ini terkadang mengabaikan hal tersebut.

Salah musisi Raisa Andriana memilih untuk tidak menunjukkan wajah anaknya di media sosial dengan alasan bahwa ia belum menerima izin dari anaknya untuk bisa membagikan wajahnya ke khalayak banyak.

Raisa juga mengingat bahwa anaknya memiliki hak privasi yang sudah ia punyai sedari lahir. Tindakan Raisa ini bisa dicontoh untuk para orang tua yang gemar untuk membagikan wajah atau kegiatan anaknya.

Kasus yang terjadi di Mesir, seorang suami istri yang berkecimpung di dunia per-youtube-an membuat konten dengan anaknya dan ditangkap atas tuduhan eksploitasi anak.

Dalam youtubenya, Ahmad Hassan dan Zeinab ini memberikan lelucon dan prank yang berlebihan sehingga pemerintahannya mendapatkan laporan dari seseorang langsung ke Dewan Nasional untuk Anak dan Ibu (NCCM) di Mesir. Lalu kasus ini ditindaklanjuti.

Untuk Sharenting sendiri, banyak yang sudah melakukannya. Seperti Influencer Rachel Vennya dengan anaknya Xabiru dan Chava, Dwihanda atau Dwi Handayani dengan anaknya Freya lalu ada Ardinhai atau Ardhina dengan anaknya Kana yang baru saja lahir.

Mereka sering membagikan cerita anaknya di media sosial dan bercerita tentang bagaimana aktivitas anaknya. Sharenting dan membagikan cerita kepada banyak orang di media sosial sangatlah menuai kontroversi.

Seperti yang kita ketahui bahwa media sosial memang banyak sisi baik dan banyak pula sisi buruknya. Maka dari itu, ini akan kembali kepada orang tua masing-masing agar bisa bijak dengan media sosial dan dengan anaknya serta lebih peka bahwa ada hal-hal yang tidak seharusnya dibagikan dan membagikan seperlunya saja.

Dengan banyaknya orang tua muda, diharapkan banyak sekali perubahan dan kesadaran yang bisa didapat karena orang tua yang cerdas dalam mendidik anak dan bijak menggunakan media sosial.


Penulis : Eksa Tri Imarti merupakan mahasiswi aktif Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

  • Bagikan