Ketika Banyak Orang Pintar Tetapi Ruhaninya Terlantar

  • Bagikan

Oleh : Aswan Nasution


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

SAUDARA-saudaraku, dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan betapa sibuknya orang yang mengurus otak dan nafsu.

Sementara kebutuhan ruhani terabaikan tidak mendapatkan perhatian dan perawatan menurut sebagaimana semestinya. Akhirnya apa yang terjadi?

Sekarang banyak orang pintar dan cerdas yang mampu mencapai kemajuan, tapi kemajuan itu tidak sediki mengantarkan manusia kepada kehancuran.

Dan yang lebih sadis lagi, dapat menyeret manusia itu sendiri ke jurang kehancuran dan meninggalkan eksistentlsi kemanusiaannya.

Bukankah yang menjadi penyebab dunia mengalami kekacauan akhir-akhir ini adalah karena ulah orang-orang pintar yang ruhaninya terlantar?

Mereka inilah yang bernafsu besar selalu ingin berperang. Mereka inilah yang haus dan rakus kekuasaan. Mereka ini jugalah yang menciptakan alat pembunuh massal manusia dan melahirkan rudal-rudal dan bom-bom nuklir.

Sebagian besar manusia sekarang dirampas jiwanya oleh ketakutan dan kekhawatiran pada musibah serta malapetaka yang setiap saat bisa menimpa siapa saja dan dimana saja.

Saudara-saudaraku, salah satu malapetaka itu datang adalah dari rudal-rudal dan alat pembunuh massal lainnya yang diproduksi secara terus-menerus oleh manusia itu sendiri.

Seandainya orang-orang yang dikaruniai kepintaran itu memiliki ruhani yang terawat baik, dan ku tentu ceritanya akan lain.

Sudut memandangnya tentu akan bertumpu pada persepsi humanitas (pandangan yang manusiawi) artinya orang-orang yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi.

Dia akan selalu memanfaatkan kepintaran itu untuk hal-hal yang fositif dan yang mendatangkan kesejahteraan dan kemaslahatan untuk orang banyak.

Banyak sekali orang pintar sekarang yang keadaannya tidak jauh beda dengan anak-anak kecil yang suka bermain api.

Dia tidak menyadari bahwa Dia sedang berada di
tubir-tubir bahaya tapi masih sempat bangga dengan kepintarannya, akan tetapi terlantar ruhaninya.

Telah berjuta-juta orang terancam bahaya sebagai ekses dari penemuannya, namun dia masih tega tertawa gembira.

Saudara-saudaraku, Inilah akibatnya kalau ruhani dalam keadaan bobrok dan tidak disadari kalau demikian itu keadaannya.

Tidak peduli bahwa penemuan demi penemuan itu bukannya menciptakan suasana bahagia dan sejahtera, tetapi justru menciptakan bahaya dan malapetaka.

Saudara-saudaraku, sudah saatnya kita harus memposisikan ruhani sebagai subjek. Maka membangun Ruhani seharusnya menjadi prioritas dan hendaknya
diperlakukan lebih baik dari pada otak.

Diladeni tuntutannya dan dipenuhi harapannya. Dan bulan Ramadhan ini adalah saat yang tepat untuk melakukan semuanya itu, sehingga kekuatan otak dan ruhani dapat sejalan.

Inilah jalan untuk menuju keseimbangan mencapai hakikat kemajuan yang sebenarnya, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) dan peningkatan keimanan dan ketakwaan (IMTAK).

Wallhu a’lam bish shawab.
Seomoga bermanfaat…

  • Bagikan