KESALAHAN dan KEBAIKAN

  • Bagikan

Penulis : ASWAN NASUTION

Nasihat ahli hikmah: ” Ingatlah olehmu dua perkara, yaitu kesalahanmu kepada orang lain dan kebaikan orang lain kepadamu. Lupakan dua perkara, yaitu kebaikanmu pada orang lain dan kesalahan orang lain kepadamu.”

Nasihat ahli hikmah ini perlu kita jadikan bahan renungan dan introspeksi dalam upaya mencapai pribadi yang ber-ahklakul karimah.

Nilai seseorang bukanlah berada pada penampilan dirinya, bukan pula dari jabatan dan harta benda yang telah dikumpulkan.

Seseorang dinilai bukan dari kursi yang diduduki, bukan pula berapa tinggi pangkat yang disandang dan tanda jasa yang melekat pada dadanya, serta bukan karena garis keturunannya. Seorang itu dinilai dari budi pekerti luhur yang mengihiasi perilakunya sehari-hari.

Dikatakan dalam pepatah Arab, ” Kemuliaan seseorang itu dengan budi pekerti yang baik, bukan karena keturunannya.”

Mengapa kita harus mengingat kesalahan yang telah dikerjakan pada orang lain? Dengan mengingatnya, akan menimbulkan perasaan menyesal dalam diri kita, perasaan yang mendorong untuk bertobat kepada Allah SWT, kemudian berusaha memperbaikinya dengan meminta maaf dan tidak mengulanginya lagi.

Mengingat kebaikan orang lain terhadap kita akan mendorong kita selalu berbuat baik kepada orang lain.

Kemudian tidak akan terbina dengan baik tanpa kebaikan orang lain, yang pada hakikatnya itu untuk dirinya sendiri.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).

Melupakan kebaikan yang telah diperbuat pada orang lain akan mendorong kita menjadi pribadi yang mukhlis.

Setiap kebaikan, hanya diniatkan lillahi ta’ala, seikhlas-ikhlasnya. Sebagai Muslim, sudah semestinya menjaga agar hati selalu suci dari kemunafikan, perbuatan harus selalu suci dari riya’, harus selalu suci dari kebohongan.

Sedangkan dengan melupakan kesalahan orang lain akan mendorong kita menjadi pribadi pemaaf. Kita akan gampang memaafkan sebesar apa pun kesalahan orang lain.

Maaf adalah sifat orang-orang yang taqwa, atau dengan kata lain dengan taqwa yang sungguh-sungguh maka akan melahirkan sifat pemaaf.

Maaf adalah suatu budi yang luhur, karena itu tidak ada suatu kerugian yang lebih besar selain dari kehilangan sifat pemaaf.

Allah berfirman dalan surat Al-Baqarah ayat: 237 : ” Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa…”

Nashrum Minallahi Wa Fathun Qariib Wa Basyiril Mu’minin.

Wallahu a’lam bish shawab.

  • Bagikan