Kerugian Besar Jika Menebar Aib Sesama

  • Bagikan
Aswan Nasution

MEMBUKA aib orang lain berarti juga membuka aib sendiri. Kenapa? Karena pihak yang merasa dicemarkan namanya, biasanya tidak akan berdiam saja tapi bangkit membela diri.

Imam Syafi’i menasihati, “Lidahmu janganlah engkau pergunakan untuk membicarakan aib orang lain, ingatlah aibmu juga banyak dan orang lain juga punya lidah”.

Banyak orang menganggap bahwa membicarakan keburukan orang lain sebagai hal yang biasa dan tanpa risih, bahkan menjadi hal yang digemari dan dinikmati.

Apalagi jika membuka internet, halaman sebuah website, Facebook, Twitter, dan lain sebagainya.

Bisa dibilang, berita dusta (hoaks) tak terkira lagi jumlahnya disana. Sayangnya, kita pun tanpa sadar kadang tanpa tabayyun (klarifikasi) ikut-ikutan menyebarkannya.

Mengobral aib sesama tidak boleh dilalukan dan sangat dilarang dalam Islam. Alasan bahwa keburukan yang disampaikan itu memang fakta dan benar-benar terjadi, tetap tidak boleh dilakukan.

Itulah yang disebut ghibah (menggunjing). Sedang jika yang disampaikan itu bohong, itu namanya fitnah, yang lebih kejam dari pembunuhan.

Menggunjing adalah perbuatan yang sangat hina. Ia disamakan dengan memakan bangkai saudaranya yang telah mati.

Sungguh perbuatan yang menjijikkan yang tak semestinya dilakukan. Ketahuilah, membuka aib sesama tidak hanya menimbulkan kerugian besar bagi korban, tetapi juga bagi yang menggunjing itu sendiri.

Allah SWT memperingatkan kepada orang yang suka membuka aib sesama, bahwa aibnya akan dibuka juga oleh-Nya.

Bisa jadi orang yang digunjing itu lemah tak berdaya dan tak berani membalas. Mungkin ia memang tidak mau membalas.

Ingatlah, yang hendaknya ditakutkan bukan pembalasan orang itu, tetapi ancaman dan pembalasan dari Allah Ta’ala.

Bayangkan, apa jadinya ketika Allah SWT tiba-tiba menyingkap semua aib yang kita sembunyikan selama ini.

Mari kita perhatikan hadits Nabi ini, “…(Karena) sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang Muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka Allah, maka Dia akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (Riwayat Muslim).

Sungguh betapa mengerikan. Namun itulah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Untuk itu, jangan hanya melihat orang yang sedang dibicarakan aibnya saja.

Tapi lihatlah Allah yang tak pernah luput melihat, mendengar, dan mengawasi. Dia Yang Maha Melihat akan memberikan balasan yang setimpal.

Di balik itu, sebaiknya saat melihat kekurangan dan aib sesama, jadikanlah sebagai jalan kebaikan.
Lakukan kebaikan untuk melengkapi kekurangannya. Semua itu menjadi ladang amal dan pahala bagi kita.

Karena dengan menutup aib sesama berarti kita telah menjaga kehormatan saudara kita juga menjaga kehormatan diri kita sendiri.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Di dunia ini, mungkin saja kita merasa lebih baik dan shaleh dari orang-orang yang digunjingkan. Tapi di akhirat kelak, bisa jadi orang tersebut malah jauh lebih mulia kedudukannya.

Sebab, mereka merasa teraniaya dan menuntut kadilan di hadapan Allah. Sebagai contoh, satu aib orang lain yang disebar di medsos (media sosial), seketika bisa menyebar kemana-mana.

Sampai mati pun aib yang kita tulis dan disebarkan itu mungkin masih dibaca oleh ribuan sampai jutaan orang.

Sungguh kezaliman yang sangat besar perilaku seperti itu. Mampukah kita menanggung akibatnya kelak di Akhirat? Wallahu a’lam. □

  • Bagikan