JURNAL JAKARTA – Rekonsiliasi merupakan literasi yang tepat untuk mengatasi carut marut yang terjadi bagi bangsa ini yang merupakan hasil utuh dari pemosisian diri kita yang tidak tepat bahkan menyimpang, baik kita selaku tokoh maupun sebagai awam.
Kita semua meyakini bahwa seluruh komponen bangsa ini menginginkan kebaikan buat negeri ini, akan tetapi kita kurang menyadari untuk membangun sebuah istana kebaikan tersebut, tidak semua orang harus menjadi kubah ataupun tiang akan tetapi semua komponen harus ada, barulah bangunan itu tampak kokoh dan tidak mudah roboh.Keprihatinan ini, yang diungkapkan Amran HS selaku Ketua Umum Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) kepada jurnaltoday.id (6/08).
Lebih dalam lagi Amran HS mengungkapkan bagaimana Allah SWT mengutus para Rasulnya dengan berbagai bentuk dan fungsi kehidupan. Tidak semuanya seperti Nabi Sulaiman yang menjadi Raja. Dan perlu juga mengambil pelajaran dari Raja Fat biasa namun akhirnya menjadi pemimpin yang mendapat tempat di hati masyarakat.
Pergulatan kontra semakin hari semakin menjadi jadi, oleh karenanya sudah saatnya para tokoh tokoh bangsa ini duduk bersama untuk melakukan rekonsiliasi jangan biarkan jurang perpecahan ini semakin dalam dan akhirnya menimbulkan bentrok, ingat dalam peperangan yang ada istilah “arang habis besi binasa,”
Enggak perlu bangga karena pernah melengserkan, tidak perlu sedih karena pernah di zholimi. Jangan pongah karena sedang berkuasa sehingga mengagungkan kelompoknya, keluarganya bahkan keturunannya. Jangan pula menebar dendam kesumat, fitnah dan sentimen bagi mereka yang beroposisi.
Problem terbesar bagi bangsa ini adalah, yang pertama masing masing kita sedang sibuk mengkaji orang, dengan member’s penilaian. Kedua masing-masing kita membanggakan dan membenarkan diri, suku dan kelompoknya.
Kita berharap adanya tokoh tokoh yang mau dan mampu menciptakan rekonsiliasi murni demi kepentingan bangsa dan negara ini.
Ingat kita punya catatan sejarah rekonsiliasi yang terlambat di lakukan akhir nya kehancuran yang kita dapat dan mulai membangun dari titik nol, tandas Amran HS.(pp)