BONTANG – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Persiapan Bontang dan Satuan Pelajar Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila (PP) menggelar diskusi dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila.
Diskusi tersebut dilaksanakan sebagai wujud memaknai Pancasila sebagai Ideologi bangsa yang menjadi pondasi menuju tatanan masyarakat adil dan makmur.
Saipul Akbar Ketua GmnI Persiapan Bontang mengawali diskusi dengan menarik sejarah Pancasila sebagai ideologi bangsa yang kian terkikis.
Hal tersebut dikatakan karena situasi dan kondisi Negara saat ini tidak sedang baik-baik saja. Sikap implementasi semangat gotong royong seakan sirna dengan berkembangnya masyarakat yang semakin apatis.
“Pancasila tidak lagi dipahami sebagai role model membangun tatanan masyarakat adil dan makmur, maka perlunya pionir pemuda untuk terus menanamkan makna semangat Bhinneka Tunggal Ika,” kata Saipul saat memimpin diskusi refleksi Hari Lahir Pancasila, Rabu (02/06/2021) malam.
Diskusi tersebut juga dihadiri oleh Organisatoris Bontang, Deny Saskin.
Dalam penyampaiannya, Deny mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia kehilangan marwah semangat dari Ideologi Pancasila. Hal tersebut digambarkan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tergerus dengan kemajuan zaman.
Seharusnya Pancasila selalu memiliki tempat dimanapun dan pada zaman apapun.
“Dalam lima sila kita di ajarkan tentang makna berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, gotong royong dan berkeadilan. Semangat itu yang mulai luntur dan tidak menonjol dalam kehidupan bermasyarakat,” Kata Deny.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa Indonesia bukan dimiliki satu suku, ras dan budaya saja. Bahkan, wajib turut serta dalam upaya menghapuskan penindasan manusia atas manusia bangsa atas bangsa juga.
“Semangat Pancasila sudah jelas, isinya pun tidak perlu di perdebatkan. Yang harus di tanamkan ialah semangat dalam mengamalkannya,” sambungnya.
Tidak hanya itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi kontestasi ideologi pada revolusi industri 4.0 karena telah menyediakan berbagai kemudahan dalam berdialog, berinteraksi dan berorganisasi dalam skala besar lintas antar negara.
“Kemudahan ini bisa digunakan untuk ideologi transnasional untuk merambah ke pelosok Indonesia, ke seluruh kalangan, ke seluruh usia, tidak mengenal lokasi dan waktu,” ujarnya.
Jadi, bagaimana sekarang pemuda melanjutkan perjuangan dalam implikasi Pancasila sebagai Ideologi menuju masyarakat adil dan makmur.
Dalam kesempatan yang sama, Yusril Ketua BEM Universitas Trunajaya, memberikan pandangan jika Pancasila saat ini masih memiliki tempat yang sama sebagai pemersatu bangsa.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih kokohnya NKRI sampai saat ini. Namun memang dalam setiap perjalanan ada saja fase dimana Negara tidak bersikap adil terhadap masyarakatnya.
“Saat ini Pancasila hanya dipandang sebagai simbol, kenapa begitu karena di Indonesia masih saja sering terjadi penggusuran lahan, kriminalisasi gerakan rakyat, Pelanggaran HAM dan masih banyak lainya,” Kata Yusril.
Sebagai pelopor dalam menyebarluaskan makna Pancasila, pemuda harus memiliki strategi dalam meningkatkan kapasitas intelektual dalam bernegara.
“Mulailah dari yang kecil, membangun budaya diskusi, bedah buku, rangkaian tersebut akan memicu setiap individu masyarakat akan berhimpun dan membangunkan semangat untuk melawan ketidak adilan saat ini,” tegasnya.(*)