Film Kinipan Kembali Tayang Di Bontang, GMNI Dan Mapala STITEK Jadi Penyelenggara

  • Bagikan
Nobar film dokumenter "Kinipan" karya Watchdoc

BONTANG – Momentum peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) direspon Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Cabang Persiapan Bontang dan Mahasiswa Pencita Alam (Mapala) Sekolah Tinggi Teknologi (Stitek) Bontang dengan menggelar nonton bareng (nobar) film dokumenter “Kinipan” karya Watchdoc.

Agenda nobar ini digelar sebagai bentuk edukasi, propaganda gagasan karena film ini menyajikan kritik terhadap kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan yang berkenaan dengan sektor lingkungan.

Sebagai salah satu contoh dalam film besutan Dandy Laksono dkk ini, fakta yang ditampilkan adalah semakin kecilnya ruang hidup hutan adat di Indonesia.

Kritik lainnya juga muncul karena sikap Negara yang dinilai tidak memiliki kepedulian terhadap alam yang ada di bumi Indonesia. Digambarkan pula bahwa ternyata deforestasi dapat makin mendekatkan patogen (mikroorganisme parasit) pada manusia.

Selain itu, film ini juga berisi kritikan terhadap pengesahan UU Omnibus Law. Hilangnya aturan mempertahankan hutan di kawasan tertentu minimal 30% akibat UU Omnibus Law menjadi salah satu alasannya.

Bahkan dalam UU Omnibus Law sendiri diatur bahwa korporasi tak harus bertanggung jawab jika terjadi kerusakan dalam konsesi.

Maka dapat dipastikan kedepan, jika terjadi kebakaran di kebun perusahaan, mereka hanya bisa dimintai pertanggungjawaban setelah melalui pembuktian sengaja melakukan pembakaran.

Saipul Akbar, Ketua GmnI Bontang selaku pemyelenggara menjelaskan bahwa dari film ini ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Menurutnya, film ini memberikan bukti nyata bahwa kerusakan lingkungan masif terjadi di Indonesia.

“Film ini menjadi tamparan untuk pemerintah yang selama ini tidak memperhatikan kondisi lingkungan. Tidak menutup kemungkinan bentuk eksploitasi hutan dan kerusakan lingkungan juga selama ini terjadi di Kota Bontang,” Kata Bung Saipul saat ditemui di lokasi acara nobar, Balada Kopi, Jl. K.S. Tubun, Sabtu (01/05/2021).

Senada dengan Saipul, Mapala Stitek Bontang, Fajrin menyampaikan keluh kesahnya terhadap negara yang menurutnya tidak ikut serta dalam menjaga hutan. Akibatnya masyarakat adat ikut terdampak akibat kebijakan yang dikeluarkan.

“Pola produksi masyarakat adat ikut berubah, karena hutan mereka habis, lahan untuk bertani kian menipis, dampaknya kadar oksigen di Indonesia juga akan terdampak,” kata Fajrin.

Dilanjut Fajri, dari film Kinipan ini berharap seluruh elemen masyarakat bisa turut serta dalam menjaga lingkungan daerahnya, jangan lagi ada kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia.

“Perjuangan akan bisa tercapai ketika kekuatan masyarakat sipil ikut terlibat dalam menolak aktivitas yang akan merusak lingkungan, yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat,” tutupnya.

Terhitung nobardis film “Kinipan” sudah digelar sebanyak dua kali di Kota Bontang. Jika pemutaran film pertamanya kehadiran beberapa pejabat yang didaulat sebagai pembicara, maka di pemutaran film kali ini peserta nobar hanya berisikan mahasiswa dan kalangan jurnalis. (Qy)

  • Bagikan