SURABAYA – Gerakan kelompok-kelompok intoleran semakin masif dalam hal perekrutan di kalangan instansi pendidikan. Baik tingkat SMA maupun penguruan tinggi.
Ketua DPD GMNI Jatim, Edwin Rilo Pambudi mengatakan, fenomena itu seyogyanya menjadi perhatian seluruh stakeholder di daerah, terutama mahasiswa, untuk selalu membentengi diri dari penyebaran paham intoleran.
“Ini (perekrutan oleh kaum-kaum intoleran) sangat mengkhawatirkan. Karena dapat mengancam dan memecah belah NKRI,” katanya.
Berdasarkan penelitian BIN tahun 2017, lanjut Rilo, bahwasannya diketahui, ada peningkatan paham konservatif keagamaan. Sebab, penelitian tersebut menghasilkan data 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad demi tegaknya negara Islam.
Rilo menilai, kejadian akhir-akhir ini terkait gerakan ekstremis yg mengatasnamakan kelompok agama atau etnis tertentu tetap tidak bisa ditolerir oleh pemerintah.
Sebagaimana temuan riset yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2020, yang mana melaporkan hasil dari potensi generasi Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar kelompok intoleran mencapai 12,7 persen, dan sementara generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen.
“Ini semakin menegaskan bahwa pemuda dan mahasiswa merupakan target bagi kelompok ekstremisme untuk memobilisasi calon teroris baru,” katanya.
Rilo mengingatkan, para mahasiswa harus mampu memilih dan memilah semua informasi yang masuk. Baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan sosial pada umumnya. Karena tak bisa dipungkiri, penyebaran paham intoleran bisa dari semua lini kehidupan kita.
Mahasiswa, menurut Rilo, memiliki peran strategis untuk mewujudkan Trisakti agar Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh Bung Karno. Sejarah bahkan mencatat, gerakan mahasiswa selalu menjadi motor perubahan di Indonesia.
“Jangan malah menjadi mahasiswa yang mudah dijadikan alat oleh para kelompok intoleran untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang justru seharusnya menjadi identitas untuk terus dipertahankan, akibatnya malah membuat disorientasi dalam ruang gerak pemuda terhadap bangsa sendiri,” ujarnya.
Oleh karenanya, tekan Rilo, mahasiswa harus menjelaskan kepada masyarakat. “Bahwa sangat penting gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme sebagai bentuk fundamental ajaran untuk pemuda dan mahasiswa di seluruh Indonesia,” tutup Rilo. (Redaksi)