Dies Natalis ke-68 dan Pembukaan Kaderisasi, DPC GMNI Samarinda Gaungkan Kembali Ajaran Bung Karno di Kota Tepian

  • Bagikan
Foto bersama lintas organisasi mahasiswa dalam perayaan Dies Natalis GMNI ke-68 Tahun.

SAMARINDA – Dewan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) kota Samarinda menggelar perayaan dies natalis ke 68 tahun yang jatuh pada tanggal 23 Maret lalu.

Bertempat di Gedung Room Teater Integrated Laboratory, Universitas Mulawarman, perayaan itu juga dirangkai dengan pembukaan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD), Senin (04/04/2022).

Selain mengundang alumni GmnI Samarinda, turut hadir perwakilan kelompok Cipayung plus, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan mahasiswa, organisasi kedaerahan.

Kegiatan ini juga isi dialog dengan tema ‘Trisakti Bung Karno menuju peluang generasi emas 2045’ yang menghadirkan narasumber dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaltim dan Kelompok Tani Unggul.

Ketua GMNI Samarinda Yohanes Richardo Nanga Wara menyampaikan bahwa Trisakti yang merupakan ajaran bung Karno adalah jawaban tepat sebagai jalan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Sebab, menurutnya Trisakti merupakan cita-cita bersama. Cita-cita bersama tersebut yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya.

“Tentu saja Trisakti-lah yang akan mampu menjawab masa depan Indonesia yang sama rata sama rasa, jalan pembebasan umat manusia tanpa penindasan lagi, tidak ada lagi kemiskinan, ketimpangan, pengangguran yang terjadi itulah sosialisme Indonesia,” tegas Richardo dalam sambutannya.

Dia juga memaparkan berdasarkan laporan Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksikan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk.

Sedangkan berrdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 241,77 ribu jiwa (6,54%) dari total populasi pada Maret 2021.

Angka tersebut meningkat dari posisi Maret 2020 sebanyak 230,27 jiwa (6,1%). Belum lagi garis Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sejak September 2021 hingga saat ini naik menjadi sebesar Rp703.223 per kapita per bulan, sehingga penghasilan di bawah itu termasuk kategori miskin.

Sementara dalam persentase kemiskinan di Kota Samarinda yang mengalami tren kenaikan sejak tahun 2019 sebesar 4,59 persen menjadi 4,76 persen pada tahun 2020.

Menurutnya, hal itu wajib menjadi perhatian serius pemerintah karena data tersebut bukan hanya sekedar angka, tapi fakta dan nyata kita masih terjajah.

Baginya, Indonesia tak akan mampu menuju kejayaan menjadi emas jika realitasnya justru membuat rakyat cemas.

“GMNI Samarinda akan tetap menjadi bagian terdepan untuk mengontrol jalannya demokrasi dan kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat, menjadi mitra kritis sehingga mampu mengintervensi kebijakan 0emerintah agar mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat,” bebernya.

Ditambahkannya, bahwa sebagai organisasi perjuangan, GMNI mampu mengambil peran serta menjawab masalah tanpa meninggalkan ilmu pengetahuan dan kepekaan sosial untuk membangun bangsa ini kedepannya.

“GMNI harus dekat dengan rakyat, tak boleh lagi eksklusif. GMNI Samarinda harus melebur, membaur, menghilangkan jarak antara mahasiswa dan rakyat,” pesannya.

Sementara itu, Ketua AMAN Kaltim Margaretha Seting dalam sesi diskusi menyampaikan bahwa budaya menjadi aset penting untuk diperhatikan oleh pemerintah khususnya berkaitan dengan hak masyarakat adat lokal di Kalimantan Timur.

“Sejauh ini AMAN Kaltim memperjuangkan agar hak masyarakat adat dalam menyambut pemindahan IKN ke Kaltim (Ibu Kota Negara) tidak dikesampingkan oleh Pemerintah, perlunya Pemerintah memperhatikan hak masyarakat adat, juga tetap menjaga identitas budaya sebagai harga diri serta martabat masyarakat adat,” ungkapnya.

Selanjutnya, Ketua Kelompok Tani Unggul Apdon menjelaskan persoalan pertanian, khususnya di Samarinda. Dikatakan Apdon bahwa ketahanan pangan Indonesia sangat bergantung pada peran petani.

“Mirisnya kondisi petani di Samarinda saat ini belum sama sekali mendapatkan pertanian secara layak, misalnya saat banjir maka sawah kita akan tergenang banjir otomatis hasil panen tidak berhasil, ditambah lagi daerah pertanian kita dikelilingi oleh pertambangan batubara,” kata dia.

  • Bagikan