Bagaimana Menumbuhkan Perasaan Senang dan Suka Cita Memasuki Ramadan?

  • Bagikan
Aswan Nasution, Alumni 79' Al-Qismul A'ly, Al Washliyah, Ismailiyah, Medan.

OPINI – Bagaimana kita menumbuhkan lagi perasaan senang dan suka cita memasuki Ramadan?

Jawabannya, tergantung seberapa dekat kita dengan Allah SWT. Artinya perasaan senang itu bisa kita jadikan ukuran, sedekat apa kita dengan Allah SWT.

Jika kita dekat dengan Allah, maka Allah pun dekat pada kita. Sebaliknya, ketika memberi jarak maka Allah pun menarik jarak. Ketika itu pula, mungkin Allah tak hendak memberi perasaan senang dalam hati kita.

Itulah di antara janj-Nya. “Jika kau datang pada-Ku dengan berjalan kaki maka Aku akan mendatangimu dengan berlari. Jika kau mendekati-Ku sedepa, Aku mendekatimu sehasta.”

Kenikmatan apalagi yang diharapkan makhluk selain rahmat dan Ridho-Nya? Tak ada lebih besar dan lebih berharga selain itu.

Ada sebuah jaminan yang diberikan Allah untuk manusia khusus di bulan Ramadan, bagi orang-orang yang berpuasa.

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan nabi telah bersabda, “Allah berfirman: “Setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat sampai 700 kali, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku maka Akulah yang akan membalasnya.”

Sungguh, sebuah penghormatan yang luar biasa bagi manusia, yakni balasan yang akan disampaikan sendiri oleh Khaliknya.

Meski begitu, tak mudah mendapatkan balasan luar biasa itu. Ada banyak duri yang selalu menanti di setiap jalan yang akan kita lalui. Ada kabut tebal yang senantiasa membayangi dan mengelabui.

Renungkanlah pesan Rasulullah Saw berikut. “Ada kalanya seseorang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang dilakukannya selain lapar dan kepayahan saja.”

Karena yang dimaksud dengan puasa itu tidak saja menahan lapar dan dahaga, tapi juga menekan syahwat.

Jika ia memandang yang terlarang, melakukan ghibah [menggunjingkan orang lain], namimah [mengadu domba] dan berdusta, maka semua itu akan membatalkan puasanya.”

Boleh jadi, kita sering sadar bahwa puasa yang kita lakukan hanya berbuah lapar dan kepayahan. Tapi sering pula kita mengulangi hal yang serupa, tidak saja satu, dua kali, tapi berkali-kali tanpa kita mampu merubah dan melepaskan diri dari belenggu syaitan.

Padahal, teramat banyak keistimewaan yang terlalu sayang disia-siakan dalam bulan penuh berkah ini. Ibarat sebuah mobil, bulan Ramadan adalah pompa bensin yang kita temui hanya setahun sekali untuk mengisi bahan bakar yang diperlukan.

Jika pompa bensin yang hanya sekali setahun ini kita temui disia-siakan lagi, entah apa jadinya pada diri kita.

Karena dalam hidup ini, manusia hanya punya dua pilihan. Mengisi mobilnya dengan bahan bakar ilahi atau memenuhi tangkinya dengan bahan bakar syetan.

Dalam sebuah perbincangan dengan Aisyah Rasulullah berkata tentang keutamaan puasa dan bulan puasa pada satu-satunya istri beliau yang gadis itu.

“Sesungguhnya syetan itu masuk ke dalam tubuh anak Adam mengikuti jalannya darah. Maka sempitkanlah jalannya dengan rasa lapar,” tutur beliau.

Kemudian beliau menyambung lagi, “Sering-seringlah mengetuk pintu surga.” “Dengan apa Ya Rasulullah? tanya Aisyah. “Dengan rasa lapar.”

Dengan demikian, akankah kita sia-siakan kesempatan mengetuk pintu surga selama sebulan penuh bulan Ramadan?.

Wallahu’alam bish shawab.

  • Bagikan