TAHUN BARU DAN KESADARAN BARU

  • Bagikan

Oleh : Aswan Nasution

Pergantian tahun adalah peristiwa biasa yang terjadi secara berulang-ulang sebagai penanda atau peniti masa.

Bagi kita, pergantian tahun menjadi momentum untuk melakukan refleksi atas peristiwa yang telah terjadi ditahun yang berlalu.

Demikian juga merupakan evaluasi atas setiap kinerja atau capaian dan prestasi yang kita raih.

Kemudian kita membuat harapan atau resolusi di tahun yang akan datang.

Tentu kita berharap kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru dengan lompatan prestasi dan kinerja yang akan dicapai.

Seluruh upaya yang kita lakukan dalam hidup ini sebenarnya bertujuan menjadikan hidup kita menjadi mulia.

Kita ingin menjadi mulia dan dimuliakan oleh banyak orang.

Kita ingin hidup terhormat dan mendapatkan penghormatan dari orang lain.

Sebagian dari kita menganggap bahwa kemuliaan seeorang ditentukan oleh seberapa banyak harta yang dimiliki.

Kemudian berapa tinggi jabatan atau kedudukan yang diembannya, dan berapa dalam dan luas ilmu yang dimiliki yang ditandai dengan gelar-gelar yang disandangnya.

Karena ada pandangan seperti itu, manusia kemudian berusaha keras mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, mengejar jabatan setinggi-tingginya, dan mencari gelar keserjanaan yang tertinggi yang bisa digapai.

Tetapi ketika itu semua dicapainya, bukan kehormatan yang diperolehnya.

Oleh para pembencinya, dia dianggap sebagai orang yang berbahaya karena menjadi saingannya.

Saingan seringkali dipersepsikan sebagai musuh sehingga harus dimusnahkan dan diancurkan karirnya.

Tidak jarang pula orang-orang berhasil seperti itu difitnah dan didegradasikan harkat dan martabatnya.

Oleh karena itu, kita harus menyadari dan memahami hakikat dari kemuliaan hidup seorang manusia.

Dalam pandangan Islam, seseorang dipandang mulia adalah karena ketakwaannya kepada Allah SWT.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surah Al-Hujaraat ayat : 13.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling takwa”, (QS. Al-Hujaarat : 13)

Kita mulia bukan karena kita dapat mengumpulkan harta kekayaan yang banyak atau memperoleh kedudukan yang tinggi di dunia.

Begitupun kita bukanlah orang yang hina apabila kita miskin dan secara sosial berada di lapisan bawah.

Kekayaan bukanlah indikator kemuliaan dan kemiskinan bukanlah suatu kehinaan manusia dihadapan Allah SWT.

Karena sesungguhnya kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allah untuk manusia.

Dengan demikian, jelas bahwa introspeksi atau muhasabah yang kita lakukan dalam rangka menyambut pergantian tahun dimaksud untuk memeriksa keimanan dan ketakwaan kita.

Kita evaluasi keimanan dan ketakwaan kita sudah sejauh mana di tahun yang berlalu, kemudian kita membuat rencana untuk meningkatkan kualitasnya di tahun yang baru.

Untuk itu kita perlu mengetahui ukuran dari ketakwaan agar peningkatan kualitasnya terukur dan sekaligus kita bisa merancang strategi yang efektif untuk mencapaiannya.

Pergantian tahun menandakan waktu setahun telah berlalu. Ini berarti garis finish (akhir) perjalanan hidup senakin dekat.

Momen tahun baru ini sekaligus menjadi tonggak atau awal mula kita merefleksikan dan merencanakan kehidupan masa depan yang panjang dari dunia hingga akhirat.

Ajakan menyambut tahun baru dengan muhasabah, dzikir dan do’a menjadi penting dan mendapatkan momentumnya.

Semoga dengan kita menyambut tahun baru dengan cara seperti itu membuat kita makin menyadari bahwa perjalanan kita di dunia semakin mendekati garis akhir.

Kesadaran ini penting karena hal ini akan membuat kita bersegera menyiapkan diri menuju perjumpaan dengan Allah SWT.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin.

Wallahu a’lam bish shawab.

  • Bagikan