Sosok Seorang Pemimpin Yang Siap Dikritik

  • Bagikan

Oleh: Aswan Nasution


Umar bin Khatab adalah profil seorang pemimpin yang harus diteladani.

Dialah sosok pemimpin yang memikul tanggung jawab dan setia memenuhi janji, tekun mencari kebenaran, dan selalu mengharapkan agar ada di antara rakyat yang dipimpinnya mau memperbaiki dan meluruskannya dengan hati yang lapang.

Pada suatu hari, amirul mukminin naik ke atas mimbar kemudian bertanya, “Apa yang akan tuan-tuan perbuat seandainya saya memiringkan kepala ke dunia seperti ini (menyimpang dari kebenaran)?”

Belum lagi lidah Umar kering, tiba-tiba saja sudah bangkit seorang laki-laki sambil mengacungkan pedang terhunus kepada Umar, dan berkata, “Jika Anda menyimpang, maka pedang kamilah yang akan bicara.”

Dalam kasus tersebut, apakah yang akan diperbuat seorang pemimpin yang paling dihormati, disegani, bahkan ditakuti bila ada seorang rakyat yang berani bertindak sedemikian rupa?

Mungkin sang pemimpin terhormat itu akan marah, tersinggung, atau mungkin lebih dari itu, tetapi itu tidak terjadi pada Umar bin Khatab.

Dengan bijaksana dan jiwa besar, putra Al Khatab itu menjawab, “Semoga Allah memberi Anda rahmat, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan di antara umatku orang yang mau yang membetulkan dan meluruskan kesalahanku, walau dengan mata pedangnya.”

Terus terang, sikap seorang pemimpin yang mulia seperti itu sangat sulit ditemukan pada zaman sekarang ini.

Kebanyakan dari mereka bersikap angkuh, merasa paling benar, paling bersih, arogan, dan otoriter.

Padahal berani berbuat, seharusnya berani bertanggung jawab, mau mengakui kesalahan, kekurangan dan kelemahan, siap dikoreksi, serta menyadari bahwa koreksi (kritik) bukanlah pelecehan atau merendahkan.

Tetapi justru sarana untuk memperbaiki diri menuju keadaan yang lebih baik tidak saja untuk rakyat, tetapi juga sangat berguna bagi penerima kritik.

Inilah makna terdalam dari kalimat Sayyidina Ali, “Orang yang menerima nasihat (kritik) akan aman dari kesalahan dan aib”.

Kalimat Ali itu mengingatkan kita pada anjuran Al-Razi, filsuf Muslim yang terkenal karena rasionalismenya.

Dia berpendapat, kawan” terdekat dan paling tulus di antara kita sesungguhnya adalah musuh kita. Ini karena musuh kitalah orang yang paling terbuka memberikan kritik, dan itu sangat berguna buat kemajuan kita di masa depan untuk lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis adalah warga Al Washliyah di Wilayah Indonesia Tengah, Lombok, NTB.

  • Bagikan