Ramadhan Momentum Itikaf di Masjid

  • Bagikan

Oleh: Aswan Nasution


Bismillaahirahmaanirrahiim

“Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang itikaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (Q.S. Al Baqarah: 125).

Itikaf di masjid. Inilah anjuran yang mulia dari agama Islam bagi orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Itikaf di masjid berarti berdiam diri atau mengasingkan diri di dalam masjid dengan tujuan ibadah; merenung, berintrospeksi (muhasabah) dan mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah SWT.

Dalam sejarah (sirah) Nabi Muhammad SAW disebutkan, kebiasaan pengasingan diri di tempat sunyi dan sepi telah dilakukan sejak masa awal Rasulullah di Makkah.

Tatkala Nabi Muhammad SAW sendiri menjauhkan diri dari kebisingan duniawi dengan mengasingkan diri di Gua Hira.

Sampai kemudian menerima wahyu pertama, sebagai tanda kenabian dan kerasulannya. Tetapi pengasingan diri semacam ini biasanya disebut dengan tahannuts atau tahanuf-bukan itikaf.

Tidak seperti pada masa-masa awal kenabiaannya, Rasulullah SAW kembali melakukan pengasingan diri pada masa akhir kehidupannya; tidak lagi di gua, tetapi di dalam masjid.

Jadi bentuk pengasingan semacam inilah yang kemudian disebut dengan itikaf, dan Nabi Muhammad SAW melakukan itikaf di masjid setelah beliau menerima perintah puasa di dalam bulan Ramadhan.

Perintah itikaf sebagai salah satu bagian dari ibadah di dalam Islam didasarkan pada teks ayat Al Qur’an;

“Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang itikaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (QS. Al Baqarah; 125).

“Dan janganlah kamu mencampuri istrimu ketika kamu sedang beritikaf di masjid.” (QS. Al Baqarah; 187).

Kedua ayat Al Qur’an ini memberi tuntunan, tempat pelaksanaan itikaf atau tempat untuk menyendiri adalah di dalam masjid.

Dengan begitu jelas, umat Islam tidak boleh melakukan pengasingan diri selain di masjid, seperti di kuburan atau tempat-tempat lain yang dapat menyekutukan Allah, karena itikaf hanya ditujukan untuk bersama Allah SWT.

Dalam konteks ini jelas, Islam menjadikan masjid sebagai tempat suci yang sentral.

Selain sebagai salah satu simbol terjelas dari eksistensi Islam, masjid juga sebagai tempat kegiatan ritual sosial.

Dengan demikian, masjid dapat fungsional untuk menjadi salah satu pusat terpenting pembangunan kembali peradaban Islam.

Dan, beritikaf di dalam masjid pada hari-hari puasa di bulan Ramadhan ini merupakan suatu momentum untuk melakukan introspeksi (muhasabah).

Demi mengembalikan kejayaan dan peradaban Islam dengan landasan tauhid kepada Allah SWT, di masa kini dan mendatang. Aamiin.


Wallahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaat, Afwan.

  • Bagikan