Protes Kedelai Mahal, Pabrik Tahu Tempe Bontang Mogok Produksi

  • Bagikan
Pabrik Tahu Tempe Milik Pak Dawam

BONTANG – Sejumlah pengusaha produsen tahu dan tempe di Kota Bontang memutuskan untuk menggelar aksi mogok produksi sebagai bentuk protes lantaran harga kedelai yang melejit tinggi di pasaran.

Salah satu pemilik pabrik tahu dan tempe di Kota Bontang, Dawam yang ditemui awak media menyatakan bahwa sebelum pandemi ini harga kedelai sekitar Rp 365 ribu – Rp 385 ribu per karung (50 kg), namun sekarang makin melonjak naik hingga ke kisaran harga Rp 580 ribu – Rp 590 ribu per karung (50 kg).

“Ini kenaikan paling tinggi selama ini, dulu paling naiknya Rp 10 ribu –Rp 20 ribu, terakhir ini kemarin kita beli harganya naik Rp 40 ribu per karung,” keluh Dawam, ditemui di kediamannya, Sabtu (22/05/2021)

Saat ini Dawam harus merogoh kocek Rp 6 juta lebih banyak dari biasanya untuk bisa mendatangkan 150 karung kedelai dari Samarinda.

“Harga kedelai di Bontang lebih mahal dari Samarinda,”katanya.

Dirinya mengatakan bahwa dulu harga kedelai sempat stabil di harga Rp365 ribu – Rp 385 ribu selama bertahun-tahun. Setelah pandemi, harganya naik-naik terus.

“Kita sendiri nggak tau kenapa ini harga naik-naik terus,” ungkapnya.

Aksi mogok ini dilakukan sebagai langkah awal untuk menaikkan harga tahu dan tempe di pasaran. “Biar masyarakat tau bahwa kedelai itu mahal, jadi kalau harganya naik tidak komplain,” jelas Dawam.

Selain itu aksi mogok ini juga dipicu oleh perhatian Pemerintah Kota Bontang yang dirasa kurang terhadap para pengusaha tahu dan tempe. “Iya biar kita ini dilihat, kayanya pengusaha tahu tempe tidak pernah ditengok,” ujarnya sambal tertawa kecil.

Harga tahu dan tempe akan dinaikkan setelah aksi mogok yang direncanakan pada tanggal 27 – 28 Mei 2021. Harga tahu eceran yang semula Rp 4.000 akan menjadi Rp 5.000 sedangkan harga tahu per kaleng Rp 100 ribu. “Ini harga kesepakatan anggota pengusaha tahu tempe ini, naik seribu,” kata Dawam.

Menanggapi kejadian ini, Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan, Debora yang dihubungi jurnaltoday.id menyatakan, kenaikan kedelai ini merupakan masalah nasional, bukan hanya di Kota Bontang.

“Kita ini kan impor ya, karena di Indonesia sendiri perkembangan kedelai juga kurang,” ujarnya.

Dirinya juga mengatakan agar lebih jelas lagi mengenai hal ini untuk menghubungi Dinas Perindagkop Bontang.

“Itu karena yang perdagangan, beli kedelai dan semacamnya itu di dia, kita untuk pangan di Bontang ini kan memang sebagian besar dari luar, jadi untuk stock pangan itu ranah tugas nya Dinas Perindagkop,” terang Debora.

Namun dirinya berharap nanti akan ada penurunan harga dan pengusaha tahu dan tempe tetap bisa berproduksi. Debora juga berharap akan ada subsidi untuk para pengusaha tahu dan tempe melalui operasi pasar

“Tapikan liat lagi nanti anggarannya tersedia atau tidak karena sekarang alokasi anggaran banyak dialihkan untuk penanganan Covid-19,” tutup Debora.


Reporter : Ayu Ariesta

  • Bagikan