Masalah Besar Bangsa Ini, Ada Pada Diri Manusianya

  • Bagikan
Aswan Nasution

BANGSA ini sedang menghadapi beragam masalah besar diantaranya adalah:

Penegakan hukum yang tidak adil, kesenjangan sosial, ekonomi, yaitu kaya miskin, penistaan agama, money politics, kezaliman, korupsi, adalah sedikit contohnya.

Beragam masalah besar tersebut menyebabkan kegaduhan yang besar pula.

Sungguh menghabiskan energi dan ongkos yang tidak sedikit.

Jika kita renungkan, hakikatnya akar masalah besar bangsa ini adalah masalah manusianya.

Masalah politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain hanyalah ranting yang mudah dilihat oleh semua orang dari pohon besar yang bermuara pada akar yang sama, yaitu manusianya.

Di dalan Islam, hakikat tentang manusia (tentang siapa dirinya, tujuan hidup di dunia, akhlaq, dan kebahagiaan) termasuk dalam satu ajaran asasi.

Al-Attas adalah cendikiawan yang memberikan perhatian besar terhadap manusia mengatakan;

Dalam tradisi Islam, para ilmuwan yang memiliki pandangan-pandangan besar dalam metafisika Islam (Filsafat, Kalam, dan Tasawuf).

Bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki dua karakteristik yaitu jiwa dan tubuh.

Para ulama menyebut hakikat jiwa pertama dengan an-nafs an-natiqah (jiwa rasional), sedangkan kedua disebut an-nafs al-hayawaniyyah (jiwa hewani).

Ini yang kemudian disebut oleh para ulama bahwa manusia adalah hayawan an-natiq.

Jiwa rasional membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya dimana kemuliaan, akhlaq mulia, dan kebahagiaan berasal.

Sedang jiwa hewani adalah jiwa yang betul-betul identik dengan hewan.

Karena memiliki sifat hewani, jiwa hewani harus diatur dengan jiwa rasional dengan baik.

Menurut Fakhruddin ar-Razi, ada tiga jiwa hewani yang harus diwaspadai oleh manusia yaitu adalah nafsu syahwat, nafsu amarah, dan nafsu kekayaan atau kekuasaan.

Mengenal dan mengendalikan diri sendiri ternyata lebih sulit daripada mengenal dan mengendalikan orang lain.

Tidak aneh jika Islam menganggap bahwa mengenal diri sendiri dengan baik adalah wasilah untuk mengenal Allah SWT (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbah).

Hakikat dan sifat dualistik jiwa itu menyebabkan manusia menjadi makhluk istimewa dan satu-atunya yang bisa mengemban amanah sebagai khalifah.

Jadi, cobaan dalam hidup sebenarnya datang dari diri kita sendiri. Di akhirat pun Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban amalan manusia sendiri-sendiri, tidak melibatkan orang lain dan negara.

Bagaimana agar manusia bisa mengenal dan mengendalikan diri sendiri? Jawabannya adalah pendidikan.

Di sinilah arti dan tujuan pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Para pemimpin yang tidak amanah, adanya koruptor, penista agama, kecurangan, jual beli jabatan, ketidak adilan hukum dan sebagainya adalah cermin dari hasil pendidikan.

Manusia-manusia seperti itu lahir dari proses panjang pendidikan. Dan tentu saja, berbicara tentang pendidikan adalah berbicara tentang manusia.

Menurut Al-Ghazali, dalam memperbaiki manusia melalui jalur pendidikan (aqidah dan ahklaq) menjadi cara paling efektif untuk melahirkan manusia-manusia yang unggul lagi tangguh.

Wallahu a’lam bish shawab.

  • Bagikan