Komunitas Peduli Lingkungan Gelar Nobardis Soal Permasalahan Lingkungan di Kota Bontang

  • Bagikan
Sesi diskusi dari dari acara Nonton Bareng dan Diskusi Publik Enviro Music dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia

BONTANG – Komunitas Pecinta Lingkungan Bontang menggelar nonton bareng film ‘Diam dan Dengarkan’, Senin (07/06/2021).

Film yang terbagi dalam enam segmen tersebut berfokus pada isu kesadaran lingkungan. Ceritanya dimulai saat bumi mulai terbentuk hingga hari ini, dan bagaimana menyikapi setiap kondisi yang terjadi.

Lepas nonton bareng, acara dilanjut dengan sesi diskusi. Dipandu oleh M. Wawan Adi Saputra dengan menggandeng empat pembicara.

Dalam mengantar diskusi, Wawan memulai dengan menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan saat ini.

Selapas itu, giliran para pembicara masing-masing menyampaikan paparannya. Pembicara pertama diberikan kepada Kepala Taman Nasional Kutai (TNK) Nur Patria Kurniawan. Sedikit banyaknya menjelaskan terkait hutan.

Dijelaskannya bahwa hutan terbagi menjadi tiga, yakni hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi, dengan fungsinya masing-masing.

Seperti hutan lindung yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, termasuk didalamnya memelihara kesuburan tanah, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, mengatur tata air dan mencegah banjir.

“Khusus TNK wilayah Bontang menjamin kawasan hutan konservasi mangrove 90 persen masih terjaga dan bebas dari kerusakan,” kata Nur Patria.

Selanjutnya pihaknya juga mengatakan jika kawasan hutan memiliki hubungan multikultural terhadap manusia. Maka saat ini yang terpenting ialah terus memberikan pemahaman tentang pentingnya merawat hutan sebagai sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup.

“Manusia juga tidak boleh egois, karena hutan menjadi rusak salah satunya ulah dari manusia. Maka perlu adanya kesadaran dalam merawat dan menjaga hutan,” sambungnya.

Selanjutnya, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup menjabarkan progres mereka. Disebutkannya, bahwa salah satu daya dukung kerusakan lingkungan karena pengolaan sampah yang tidak optimal. Khususnya di Bontang yang dimana memiliki kawasan terapung atau pesisir.

Kepala Bidang Pemanfaatan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Bontang, M Taufan Kurnia, menyampaikan persoalan sampah menjadi sorotan lingkup nasional. khususnya di Bontang, karena luasan terbesar ialah daerah pesisir.

Saat ini memang masih saja ada sampah khususnya plastik yang sering berserakan dibawah pemukiman padat penduduk. Namun DLH telah memiliki solusi mengatasi banyaknya sampah yang terdapat di bawah rumah terapung.

“Kami memiliki kapal pengangkut sampah, di Loktuan, Berbas Pantai, dandi Bontang kuala, upaya itu dilakukan demi meminimalisir banyaknya sampah yang berada di laut,” ungkap Taufan.

Lebih lanjut pihaknya mengatakan, persoalan ini dimulai dari perubahan berfikir masyarakat untuk tertib tidak membuang sampah ke laut. Karena prilaku tersebut akan mencemari lingkungan khususnya di perairan.

“Dampaknya banyak, destinasi wisata mangrove menjadi kotor karena banyaknya sampah yang tersangkut di akarnya. Tetapi upaya sosialisasi terus digencarkan demi mencegah masyarakat membuang sampah kelaut,” sambungnya.

Selanjutnya, giliran Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Heru Triatmojo. Kepada audiens, dirinya menjelaskan bahwa saat ini upaya Pemkot terus menuai peningkatan kepedulian terhadap sampah.

Selain itu LH juga memiliki aturan yang jelas tentang pengurangan penggunaan kantong belanja plastik. Hal itu tertuang dalam Perwali Nomor 30 tahun 2018. Dua tahun berjalan, pihaknya mengklaim jika itu telah ditetapkan di 15 tempat retail modern.

“Upaya tersebut demi menjadikan Kota Bontang bersih dan ramah lungkungan, terbukti beberapa kali Bontang mendapatkan penghargaan soal penekanan tingkat persebaran sampah plastik,” kata Heru.

Kedepan pihaknya juga akan mencanangkan program pengadaan Water station, untuk menyediakan air minum gratis di ruang terbuka.

“Itu juga sebagai solusi pengurangan sampah plastik, program penyediaan air minum akan di tawarkan ke Pemkot soal anggaran,” sambungnya.

Terakhir, bertindak sebagai pembicara,Wali Kota Bontang Basri Rase. Terlebih dahulu orang nomor satu di Kota Taman ini menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada kaum muda yang sampai saat ini masih peduli terhadap kondisi lingkungan.

Menurutnya, hal tersebut tentunya memberikan semangat kepada Pemerintah untuk terus menjalankan komitmen dalam menjaga lingkungan untuk masa depan.

Terlebih menurutnya partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawal pembangunan ke depannya. Dirinya menegaskan bahwa tata pemerintahan yang ingin dilaksanakan ialah bertumpu pada partisipasi masyarakat. Adanya sumbangsaran dari masyarakat menurutnya sangat membantu bagi kerja-kerja pemerintah kedepannya.

Tak lupa, dirinya juga mengajak seluruh lapisan masyarakat, terkhusus generasi muda untuk terus menjaga lingkungan.

“jika menjaga lingkungan akan memberikan manfaat untuk generasi selanjutnya,” ungkapnya.

Selain itu, dirinya juga menyampaikan terkait visi Kota Bontang ke depannya menjadi kota yang smart. Smart dalam hal pemerintahan, ekologisnya, serta yang utama adalah masyarakatnya.

Hal lain yang tak lupa disampaikannya terkait solusi dalam pengendalian banjir yang selalu menghantui masyarakat, sekaligus antisipasi ancaman krisis air bersih.

Menurutnya, hingga saat ini Pemkot telah memanggil ahli dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Nantinya akan di bangun waduk pengendali banjir, yang efeknya juga akan menambah potensi pemanfaatan air tersebut sebagai bahan konsumsi air bersih untuk masyarakat Bontang.

“Inovasi tersebut akan berjalan, maka air yang menjadi momok banjir bisa di gunakan untuk pemanfaatan kebutuhan air di Bontang,” pungkasnya.

Selain nonton bareng dan diskusi, acara juga diisi oleh hiburan berupa musik akustik dari Fahmi Hio, seniman Bontang yang aktif di Komunitas Berbuat Saja (Kombes). Acara berlangsung sejak sore dan berakhir Pukul 21.30 Wita. (*)

  • Bagikan