Gatot – Rizal: Janganlah cara-cara Militer dipakai untuk Membungkam Para Aktivis

  • Bagikan

JAKARTA – Gatot Nurmantiyo merasa tidak mengerti kenapa para aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan indonesia (KAMI) harus ditangkap dan dijadikan tersangka. Tapi sudahlah, sebab dari awal berdiri KAMI saya sudah tegaskan inilah resiko yang bakal dihadapi siapa yang terima silahkan siapa yang tidak bisa terima resiko yang dihadapi silahkan keluar. Ungkapnya pada saat dialog diprogram ILC, Selasa (20/10/20).

Namun yang sangat disayangkan adalah cara penangkapan, dirasakan sangat arogan. Jumhur yang pintu rumahnya didobrak sementara istrinya masih berpakaian minim, Syahganda yang mempunyai penyakit asam lambung untuk ngambil dan membawa obat saja tidak diberikan. Begitu juga dengan Anton Permana diperlakukan hal yang sama. Ujar Gatot.

Mereka itu adalah seorang aktivis dan aset bangsa yang cerdas, dan sedikit banyaknya turut serta menjadi penggerak terjadinya Reformasi bagi bangsa ini. Tapi ya sudahlah merekapun patuh. Begitu ditunjukkan surat tugas merekapun bersedia mengikuti Polisi yang menjemputnya.

Senin malam salah seorang Komite Eksekutif KAMI Ahmad Yani didatangi Polisi berpakaian preman untuk menjemput paksa, namun karena beliau berlatar belakang Pengacara sehingga terjadi perdebatan. Dia dijemput sebagai saksi atau tersangka, polisi enggak bisa jawab. Kemudian Ahmad Yani juga bertanya apa kesalahan yang dia perbuat, Polisi juga enggak bisa jawab. Akhirnya jemput paksapun gagal.

Ketika ditanyakan apakah dengan penangkapan itu membuat nyali seorang Gatot Nurmantiyo gentar, KAMI dilahirkan merupakan gerakan moral, sehingga kami yakin banyak yang tidak senang.Tapi kalau gara-gara penangkapan tersebut saya takut, sebagai mantan prajurit saya malu terhadap bekas anak buah saya yang saat menempati posisi strategis di Militer, tegasnya.

Perlu diingat kenapa pasukan kita sangat disegani tidak hanya di Asia bahkan sampai tingkat Dunia. Jawabannya karena pasukan kita sudah sampai di level nekat. Saya kira kamipun sudah sampai di level nekat tersebut. Pungkas Gatot.

Sementara Rizal Ramli lebih lantang lagi, “
Tinggalkanlah cara-cara pembungkaman para aktivis dengan penangkapan dan memenjarakannya, kita dulu juga seorang aktivis dan pernah ditangkap dizaman kekuasaan Militer, tapi perlakuaannya berbeda. tegasnya.

Ingat kita dulu aktivis yang menentang dwifungsi ABRI dan akhirnya mereka mengalah dan menghapuskan dwifungsi ABRI tersebut. Tapi kok muncul dwifungsi Polisi apa apaan ini, ucap Rizal.

Hentikanlah pembungkaman terhadap aktivis yang lakukan perbedaan pendapat atau kritisi, dengan penangkapan dan penahanan. Jangan dikira membuat para aktivis akan takut, saya khawatir mala sebaliknya membuat para aktivis tersebut semakin berani. Tegas Rizal (PP)
Editor : Redaksi

  • Bagikan